Saturday, July 28, 2007

Wenger & Flamini

Biarkanlah dirimu terbang

Melayang bebas

Menuju kreativitas

(Alang Nemo)

 

Pelatih Arsenal Arsene Wenger mempersilahkan Mathieu Flamini pergi pada akhir musim 2006 / 2007. Dia mengaku paham niat pemain berusia 23 tahun itu yang ingin mendapatkan kesempatan bermain lebih banyak. (Sindo, 8 April 2007)

 

Bagi pesepakbola profesional, duduk dibangku cadangan bukan suatu harapan yang diinginkan. Hanya melihat teman – teman setimnya bermain untuk memenangkan pertandingan membuatnya ”gatal” untuk segera memasuki lapangan bersama mereka. Apalagi bagi pemain muda yang sedang memiliki semangat menggelora seperti Flamini.

 

Sikap Mathieu Flamini pada wacana pembuka diatas tidak jarang kita temui dalam kehidupan sehari – hari. Ya, kita butuh perkembangan. Layaknya bayi yang butuh belajar berjalan setelah ia menguasai teknik merangkak. Begitupun halnya dengan diri kita.

 

Ada dua daerah atau zona yang kita miliki dalam hidup ini. Pertama adalah zona nyaman. Dan yang kedua adalah zona tidak nyaman

 

Pada zona pertama, hidup hampir pasti merasakan enak. Kenapa saya berkata demikian? Sebagai analogi saja, ada seorang anak muda yang orang tuanya selalu memanjakan dia dengan mengabulkan segala permintaan si anak. Minta motor diberi, uang jajan sebulan sebesar satu juta dikasih dan berbagai keinginannya terpenuhi. Namun apa akibatnya untuk perkembangan si anak dikemudian hari? Ketika ia mulai harus mencari uang sendiri. Saat dirinya harus memulai hidup baru dengan status baru. Itulah yang dimaksudkan dengan zona nyaman.

 

Lain halnya zona tidak nyaman. Hidup ini senantiasa dijadikan ajang latihan untuk menempa diri agar kelak suatu saat nanti bisa menikmati hasilnya. Seorang pengusaha sukses yang awalnya seorang karyawan ketika diawal memasuki dunia usaha merupakan aplikasi dalam hidup pada zona ini. Serba tidak pasti. Kerja keras, kerja keras, kerja keras, itulah modal yang diperlukan untuk hidup di zona ini.

 

Salah seorang legenda basket dunia, MJ atau Michael Jordan melakukan latihan menembak lebih banyak dari teman – temannya di awal – awal karirnya. Bahkan setelah sesi latihan usai, dia masih asik dengan bola dan ringnya hingga jam 3 pagi sementara teman – temannya pulang. Dan dia pun berkata mengenai hal itu. ”Ini adalah investasiku sehingga aku bisa tidur dikemudian hari.”

 

Siapapun yang ingin berkembang lebih baik dalam hidup ini tidak hanya menerima gaji buta saja tanpa merasakan bola sepak, rumput hijau, lawan bertanding dan teriakan penonton dalam stadion. Dia ingin jadi pelaku. Dia ingin mendengar hingar bingar gemuruh stadion, lampu sorot juga belasan kamera stadion dan media.

 

Pertanyaannya adalah apakah kita akan tetap membiarkan diri kita terus begini, mati dan tidak berkembang?

 

 

No comments:

Post a Comment