Wednesday, October 31, 2007

Reply : Impian Tak Bisa Menunggu

Reply : Impian Tak Bisa Menunggu (From Aline)

 

Salam Hormat dan salam kenal Bapak Alang Nemo! Sebelumnya mohon maaf kalau Aline salah sebut. Soalnya, sudah banyak kali Aline melakukan kesalahan dengan kasus yang sama. Itu karena Aline masih berstatus murid baru. Kalau tidak salah baru 2 bulan 13 hari. Kalau tidak salah. Hehehe... Jadi, mohon maaf yang sebesar-besarnya, ya.

Kembali ke tulisan Bapak....

Tulisan yang luar biasa. Terus terang, Aline lebih tertarik pada tulisan yang menceritakan yg konkrit daripada tulisan yag teori2 atau defenisi2... membuat saya jadi pusing. Membaca tulisan Bapak, Aline teringat sebuah buku yang ada di rak buku dalam kamar sempit saya. Sebuah buku yg ditulis oleh seorang ibu (orang sulawesi). Dalam buku itu, beliau memaparkan bagaimana cara mengenali diri dan mengenal tujuan hidup....

Oh, ya! Aline sudah lho membuat peta hidup selama 20 thn yg akan datang. Sudah 1 thn lebih Aline membuat peta itu. Ada yg tercapai, ada juga tidak. Yang tidak tercapai, saya mencoba menafsirkannya. Kenapa bisa tidak ya? Di mana kesalahan atau kelemahan saya? Begitupula sebaliknya.. .

Tetapi, kali ini, lagi-lagi Aline akan menjadi yang 'beda'... Sejujurnya, saya juga tidak memahami diri saya sendiri. Karena, di mana2 saya berada, saya selalu merasa 'asing'... Terkadang, saya juga bingung,  apa ada yg salah dengan diri saya?

Begitu pula kali ini, Pak Alang Nemo.

Kalau menurut Aline, Pak... "Mimpi itu tidak ke mana-mana. Tidak bergeser. Boleh juga dikatakan, Mimpi itu menunggu... " (tentu saja menurut saya ya, Pak)...

Pasti Bapak bertanya, kenapa bisa?

Baiklah, Pak! Aline akan mencoba mengatakannya dengan suara terbata-bata saya. Aline akan bersyukur, kalau Bapak sudi menanggapi. Karena seumur hidup ini, baru 1 orang yg sudi mengomentari tentang keasingan saya ini. Semua orang yg saya jumpai selama ini, hanya diam saja mendengarkan cerita saya. Ada juga yg tertawa kegelian. Eh, ada juga loh yang mencibir. Hehehe.... :p

............ ......... ......... ......... ......... ......... ...

Saya mengandaikan, kalau saya ini berada pada sebuah titik. Sedangkan mimpi saya berada pada sebuah titik juga. Tentu saja pada titik yg berbeda Pak ya. Tempatnya juga berbeda.

'Titik Mimpi' ... saya tidak ke mana-mana. Tetap berada pada posisinya. Yang berbeda adalah 'Titik Posisi' saya. Seberapa jauh saya melangkah, sekian pula saya membawa titik posisinya.

Seperti kata Bapak, "Di antara 100 orang, hanya 4 orang saja yang mengetahui tentang tujuan hidupnya" Dan Aline juga sependapat kalau, "keinginan beda dengan tujuan hidup/cita-cita" ...

Kalau saya tahu tujuan hidup saya, pasti yg saya fokuskan hanya 'Titik Mimpi' tadi. Tetapi, kalau saya tidak tahu titik mimpi saya, bisa saja di tengah jarak titik itu, saya membelok ke arah lain. Dan tiba pada suatu titik yang bukan titik mimpi saya.

Dan satu lagi contoh alasan Aline, Pak!

Kebetulan sekali Bapak orang Bandung. Dan kebetulan juga, Aline memasukkan nama 'Bandung' dalam peta hidup saya. Semoga suatu hari nanti, bisa berjumpa dengan Bapak Alang Nemo ya... Hahaha... :))Mimpi Kali Yeee....!!!

Andaikan Kota Bandung adalah tujuan hidup saya, sedangkan saya orang Sulawesi. Banyak cara yang bisa saya tempuh untuk sampai ke Bandung. Bisa pake mobil, bus, kereta api, kapal laut atau pesawat terbang. Kalau saya orang kaya, tentu saja saya memilih yg enak-enak saja. Yaitu, pesawat terbang. Beberapa jam boleh sampai. Tetapi, karena saya bukan orang kaya, maka alternatif yg saya pilih tinggal, mobil, bus, kereta api dan kapal laut.

Taruhlah, saya memilih Bus. Biayanya agak murah. Pasti semuanya terkejut. :O dari sulawesi ke Jawa, mana bisa sampai kalau pakai Bus. Tenag aja! Bisa kok. hehehe... ;)

Saya hanya memiliki beberapa ratus ribu uang misalnya, saya naik bus sejauh mana uang saya mencukupi. Lalu, saya akan terdampar pada sebuah tempat. Oleh karena keinginan saya sangat besar untuk ke Bandung, kota impian saya, maka saya harus mencari uang lebih dulu, baru cari bus lagi yg lain. Begitu seterusnya.. .

Tentu saja cerita yg saya bawa berbeda dengan cerita kalau saya naik pesawat terbang dengan naik bus. Kalau saya naik pesawat, yg saya ceritakan adalah seputar bandara, suasana saat pesawat ingin meninggalkan bandara, suasana dalam pesawat (dingin), bagaimana rasanya kalau berada di atas awan, bagaimana rasanya melihat benda yg berada di bawah sana? Cuma 1 macam cerita saja. Sedangkan, kalau saya naik bus, wouuw... banyak sekali cerita yg saya bawa. Banyak tempat yg saya singgahi. Bagaimana perjuangan saya mencari uang transport? Mengenal banyak karakter. Belum lagi kalau ditengah jalan, timbul keinginan untuk naik kereta api. Kan bertambah lagi ceritanya... Pokoknya banyak banget.

Ketika saya sudah sampai ke Bandung, berarti saya sudah sampai lho ke titik mimpi saya. Berarti saya juga sudah sukses kan? Dengan mudahnya saya bisa naik pesawat terbang ke Sulawesi untuk menceritakan pengalaman saya. Dan tentu saja kembali ke Bandung (kota impian saya) dan berjuang agar saya bisa bertahan hidup di Bandung

Ini ada kaitannya dengan tulisan Bapak Sismanto, " ... adakah cangkang yg terluka saja bisa menjadi mutiara?....  (maaf ya Pak, kalau kalimatnya gak sama. tapi, maksudnya sama kan?) Bisa saja yg tidak pernah terluka bisa menjadi mutiara. Tetapi, biasanya cahanya tidak akan bertahan lama. Alias cepat memudar... Biasanya..

Kalau saya naik pesawat kan enak2 saja. Tetapi, perlu diingat, tidak semua orang Bandung pernah naik pesawat. (Jangan marah ya orang Bandung! Aline benar kok. ;))... Begitupula sebaliknya. Jadi, otomatis pertanyaan tentang bus tidak akan bisa terjawab. Kan gak bisa bertahan...

Lho, apa kaitannya dengan tulisan Bapak Nemo? :-/ 

Begini, Pak! Menurut Aline, Bandungnya gak ke mana-mana. Tetap pada tempatnya. Yang tidak bisa menunggu adalah 'busnya atau pesawatnya' ... Kan ada jadwalnya. Kalau saya tidak datang 'lebih cepat' atau 'tidak tepat pada waktunya' pasti saya tertinggal. Iya kan, Pak?

Begitu pula dengan mimpi. 'Tujuan Hidup/Titik Mimpi saya gak ke mana-mana" Tetap pada posisinya. Yang tidak bisa menunggu adalah "Peluangnya/ Kesempatannya"

".... kesempatan tidak akan datang dua kali..." (Begitu kata sebagian besar orang).

Kalau Aline, Pak kalimatnya berbeda: ... "... kesempatan pertama sebaiknya kita tangkap. Karena kesempatan ke dua belum tentu kita gemgam..."

Maksudnya? :-/ Agar saya tidak ketinggalan pesawat, saya harus datang lebih cepat atau tepat waktu. Kalau tidak, pasti saya akan tertinggal. Ada 2 kemungkinan penyebab saya tertinggal. Pertama: Karena saya lalai atau saya sengaja. Misalnya, waktu penerbangan pikul 2 misalnya, pukul 1:45 saya masih tinggal di rumah enak-enak minum kopi mocca... (^_^ Mbak Novi)... Nah, ini yg namanya lalai. Salah sendiri. Kedua: Pukul 12 saya sudah berangkat dari rumah. Semuanya sudah saya siapkan. Semuanya saya sudah periksa. Termasuk ban mobil yg akan membawa saya ke bandara. Tetapi, tiba-tiba di tengah jalan, ban mobil saya meletus karena tertusuk paku. Membuat saya ketinggalan pesawat. Ini yang namanya 'takdir'... Begitu pula dengan Bus.

Tentu saja saya masih ingat, kalau penerbangan berikutnya masih ada. Yang perlu saya khawatirkan/ pikirkan  adalah kapan lagi penerbangan itu? Berapa lama lagi? Begitu pula dengan bus, yg perlu saya khawatirkan adalah, jangan sampai bus berikutnya terhalang sesuatu. Misalnya, tiba-tiba jembatan rusak. Berapa lama waktu saya harus menunggu? Jangan-jangan ajal saya sudah menjemput, jempatan belum selesai dibangun. Sedangkan saya belum tiba ke Bandung. Tidak jadi deh ke kota impain saya... :(

Begitu pula dengan kesempatan/peluang. Kesempatan pertama, sebaiknya saya tangkap baik-baik. Pergunakan secepat mungkin. Karena kesempatan kedua belum tentu saya bisa gemgam.

Misalkan, saya seorang suami dari seorang istri. Sudah bertahun-tahun saya memimpikan untuk mendirikan sebuah warung bakso. Dan hari ini, saya akan mewujudkan impian saya. Uang sudah cukup di tanganku. Tinggal membeli barang-barang yg diperlukan. Tetapi, tiba-tiba hari itu juga istri saya meninggal (karena takdir ya, Pak!)... Tidak mungkin saya membiarkan jasad istri saya membusuk. Lalu, saya mendirikan warung bakso. Gak mungkin, kan Pak?

Apa yg saya lakukan? Membatalkan niat saya untuk mendirikan warung bakso. Uang itu saya gunakan untuk membiayai pengebumian istri saya. Wah... hati saya pasti hancur berkeping-keping. Kenapa? 1). Istri yg saya cintai telah pergi meninggalkan saya. 2).Impian saya kandas di tengah jalan. 3) ...."....Kesempatan tidak akan datang dua kali...."

Wah... karena tidak ada harapan lagi, lebih baik saya bunuh diri deh. Kan bisa barabe... hehehe....

Aduh, Bapak Alang Nemo! Sudah kelewat panjang nih cerita bus, pesawat dan baksonya. Kalau Aline salah, tolong dibenarkan ya, Pak! Seperti kata Bapakku, "Yang tidak pass, dipasskan. Yang bengkok, diluruskan" 

Alangkah bersyukurnya Aline kalau bapak sudi menanggapi. Aline cuma seorang murid biasa. Gadis pembelajar. Dan Bapak saya pernah berkata, "... Kita bisa belajar dari mana saja. Dari siapa saja. Dan kapan saja." Dan Aline juga teringat kata penulis favourite, "...Kita terlahir sebagai manusia pembelajar.. . " (Andreas Harefa)... Jadi, mohon tutunannya ya, Bapak Alang Nemo!

Terimakasih yg sebesar-besarnya. Dan beribu-ribu mohon maaf yg saya ucapkan.

Salam Hormat,

Aline (yang malu-maluin)

NB: ....".... Lebih baik malu-maluin daripada tidak punya malu... " kata Bapak Sismanto...Hehehe. . 

 

Monday, October 29, 2007

Impian Tak Bisa Menunggu

Ada sebuah film yang cukup bagus dan menginspirasi yang sebaiknya kita tonton. Judulnya The Rookie. Kebetulan beberapa waktu yang lalu saya menonton film tersebut. Begini ceritanya:

Keluarga Morris harus pindah ke sebuah kota di kawasan batar Texas, yaitu Big Lake. Sementara itu sang anak Jim Morris masih mempunyai setengah musim pertandingan bisbol di Liga Kecil. Namun apa daya, Jimmy harus merelakan mimpi – mimpi yang sedang ia rajut bersama bisbol, menjadi seorang Pitcher handal dan profesional karena kata ayahnya di Texas tidak ada bisbol, disana hanya ada football dan kilang minyak.

Hingga dewasa, Jim Morris menghabiskan waktu sebagai guru IPA dan melatih bisbol tim sekolahnya, Owls. Kadang setiap malam ia pergi ke lapangan hanya untuk melempar bola beberapa kali.

Owls berhasil menembus kejuaraan negara bagian, walau disana mereka kalah, tapi mimpi anak – anak Texas dan Jim Morris berhasil diwujudkan. Padahal mereka adalah tim yang awalnya selalu kalah dan hanya memenangkan beberapa pertandingan saja untuk kejuaraan wilayah. Setelah menangani Owls ini, Jim berencana pindah ke Fort Worth, dimana ia akan mendapat gaji yang lebih besar daripada di sekolahnya dulu. Disela – sela itu Jim mencoba mengikuti training untuk mencoba bermain kembali di Liga Kecil seperti yang dilakukannya 15 tahun yang lalu. Hasilnya ia bisa bermain untuk sebuah klub bernama Durham Bulls.

Jim Morris tidak menyadari lemparan bolanya mempunyai kecepatan 98 mil / jam. Ia hanya tahu kalau ketika dulu ia melempar dengan kecepatan 86 mil / jam. Ia sering memotivasi anak – anak Owls untuk pebisbol hebat, namun kata mereka dirinya sendiri tidak mengikuti impiannya.

Bermain di Liga Kecil tidak mencukupi kehidupan ayah dengan tiga anaknya ini. Maka Jim berencana untuk menerima tawaran bekerja di Forth Worth dan siap pindah dua minggu lagi. Ketika ia akan mengakhiri bisbolnya di Liga Kecil, manajer Durham Bulls mengatakan bahwa ada klub dari Liga Besar yang membutuhkan tenaga Jim Morris. Itu artinya ia akan bermain di Liga Besar Profesional!

”Ternyata aku terlalu banyak membiarkan waktu berlalu,” begitu kata sang ayah di akhir debut perdana Jim di Liga Besar. Jim pun mengiyakan hal itu. Namun mimpi itu belum terlambat untuk diwujudkan selama kita menginginkan cita – cita kita terwujud.

Ada tiga hal yang tak pernah kita dapatkan kembali. Pertama adalah kata yang telah terucap dari mulut kita. Kedua adalah waktu yang telah berlalu. Dan yang ketiga adalah kesempatan yang terabaikan.

Kesempatan merupakan hal yang sering kita temui sehari – hari. Penawaran beasiswa kepada para mahasiswa merupakan kesempatan yang sayang untuk dilewatkan. Begitu juga peluang mendapatkan pekerjaan di berbagai perusahaan besar yang sering kali kita temui dalam ajang carier expo. Sayangnya dalam berbagai kesempatan yang ditawarkan kepada kita, terabaikan begitu saja. Entah hal itu terjadi karena faktor tidak sengaja atau sengaja. Jika karena kesengajaan berarti peluang itu tidak cocok dengan apa yang kita impikan. Jadi, kita memilih kesempatan yang akan menuju diri kita menggapai impian atau cita – cita. Tetapi jika karena ketidaksengajaan ?

Dalam mencapai impian pastinya tidak terlepas dari peluang dan hambatan yang akan ditemui. Ini adalah hukum alam yang tidak bisa ditolak. Peluang merupakan a chance (kesempatan) dan hambatan adalah ancaman yang akan memperlambat bahkan menghalangi perjalanan kita menggapai impian.

Semua orang punya keinginan, tapi tidak semuanya mempunyai impian. Karena impian memiliki kaitan erat dengan tujuan hidup. Dan tidak semua orang memiliki tujuan hidup. Salah satu fakta tertulis dalam sebuah buku yang berjudul Piece of Mind. Hanya 4 % yang mempunyai tujuan hidup. Ini berarti jika ada 100 orang disebuah daerah maka hanya ada 4 orang yang tahu apa tujuan hidupnya.

Bagaimana kita mengetahui tujuan hidup kita? Mudahnya adalah dengan menjawab 3 pertanyaan dasar tentang diri kita. Pertama adalah darimana kita? Kedua, siapa kita? Dan yang terakhir, mau kemana kita? Jika pertanyaan tersebut bisa dijawab, maka dengan sendirinya kita tahu tujuan hidup kita.

Seseorang yang sudah memiliki impiannya pasti tidak ingin menunggu lama hal itu terwujud. Ia ingin segera mewujudkannya, walaupun dengan berbagai resiko yang akan dihadapinya. Salah satu contohnya adalah pemilik Ayam Bakar Wong Solo. Puspo Wardoyo, walaupun background seorang guru melekat di dirinya, namun ia tetap bekerja keras demi memenuhi bisnis ayam bakarnya. Mulai diusir dari tempat jualannya sampai penolakan dari lingkungan keluarga pihak istrinya. Toh, akhirnya dengan perjuangan yang keras dan diimbangi dengan doa, ayam bakarnya laris manis.

Kunci sukses dari contoh diatas adalah action (tindakan). Orang yang bermimpi menginginkan sesuatu tanpa adanya tindakan yang menyertainya sama saja dengan seekor ayam betina yang tidak mengerami telurnya. Telurnya tidak berbuah anak ayam dan hanya menjadi santapan manusia sehari – hari. Ada sebuah rumus yang akan menggerakkan menuju impian kita. Formulanya adalah 2W+MIS. Apa itu 2W+MIS?

Rincian formula tersebut sebagai berikut :

  1. What is my dream?

Apa impian kita?

  1. Write my dream

Tuliskan impian kita. Bisa ditulis di buku harian atau dream book.

  1. Mind Mapping

Buatlah peta menuju impian tersebut. Dari sana kita bisa tahu bagaimana caranya mewujudkan impian kita.

  1. Incantation

Salah seorang yang sering menggunakan incantation adalah Muhammad Ali. Incantation adalah self talk dengan menggunakan emosi sehingga menghasilkan motion (gerakan).

  1. Say, yes I can do it!

Yakinlah bahwa kita bisa mewujudkan impian tersebut.

Mungkin kesempatan bisa datang 2 kali, namun tidak banyak hal itu terjadi. Pepatah sendiri mengatakan, ”Kesempatan tidak datang dua kali.” Maka ambillah kesempatan yang datang dengan sebaik mungkin seperti elang yang langsung melesat cepat begitu melihat mangsanya di bumi.

Dan yakinlah bahwa impian tidak bisa menunggu. Jim Morris hampir saja kehilangan impiannya bermain di Liga Bisbol Profesional seandainya ia menerima pekerjaan di Fort Worth. Sebelumnya ia sudah menyianyiakan kesempatan dan potensinya sedari kecil. Ya, impian tidak bisa menunggu.

Rumahku Rumah Impian

Kubangun dengan mimpi – mimpi

Bandung, 16 Mei 2007

Tulisan ini menjadi pemenang dalam Lomba Essay "Reach Your Dream" Manajemen Festival Universitas Padjajaran, Mei 2007

Tuesday, October 23, 2007

Sesat… Sesat… Ada Aliran Sesat!

Maka (Zat yang demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yang Sebenarnya; Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. Yunus: 32)

Di penghujung Ramadhan 1428 H kali ini, masyarakat Indonesia kembali dikejutkan oleh sejumlah berita tentang berkembangnya aliran – aliran sesat1) yang mengatasnamakan Islam. Mereka diberitakan menafsirkan2) Al – Qur’an sendiri tanpa ulama.

Masyarakat pun menjadi resah. Orang – orang yang ingin belajar islam pun menjadi takut. Tidak sedikit dari para orang tua melarang anaknya untuk ikut kajian – kajian keislaman, mewanti – wanti barangkali putra – putri mereka ikut islam radikal3).

Ada apa sebenarnya dengan islam yang ada di Indonesia? Terlepas dari aliran – aliran sesat tersebut, perayaan Idul Fitri tahun ini pun ada 4 versi? Akhirnya pluralitas yang diusung oleh para aktivis islam liberal mendapat sambutan meriah di kalangan masyarakat.

Dari berbagai fenomena – fenomena yang ada di Indonesia, sudah sepantasnya kita seorang muslim mengembalikan segala sesuatunya kepada Quran dan Sunnah, karena kedua warisan Rasulullah tersebut lah yang wajib kita jadikan pedoman dan petunjuk hidup (aplikasi kehidupan). Seperti dalam surat Al – Baqarah ayat 2: Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (QS. Al – Baqarah: 2)

Artinya, dari berbagai paparan di atas kita bisa mengetahui sesuatu yang benar, pasti bersumber dari Allah. Banyak paham – paham buatan manusia yang sumbernya dari Allah, sebut saja aliran – aliran dalam filsafat, psikologi, hukum, kapitalisme bahkan paham – paham islam pun ada yang demikian.  

Padahal islam sendiri satu. Landasannya adalah tauhid, aturannya adalah Quran dan hadist juga ijtihad (tentunya tetap berumber pada dua hal yang disebutkan lebih dulu), dan berkepemimpinan islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Itulah islam yang murni (dien islam) yang dibawa Rasulullah.

Aneh jika kita sendiri orang muslim tidak berislam seperti yang dicontohkan dan yang diseru oleh Rasul. Karena selain apa yang diseru oleh allah dan Rasul-Nya adalah kebatilan: (Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah Karena Sesungguhnya Allah, dialah (Tuhan) yang Haq dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, Itulah yang batil, dan Sesungguhnya Allah, dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar. (QS. Al – Hajj: 62)

Kembali pada paham – paham sesat, kita jangan dulu mengatakan bahwa ”itu” atau ”ini” adalah aliran sesat. Perlu adanya cek dan ricek terlebih dahulu bahkan membedahnya sekalian (seperti melihat sejarahnya, dll). Karena jika tidak akan menimbulkan fitnah dari ghibah yang asal – asalan yang tak bersumber tersebut. Bisa saja kita mengatakan ”ini” ”itu” sesat, tapi tidak kita sadari ternyata diri kita sendirilah lah yang berada dalam kesesatan akibat tipu daya orang – orang yang sengaja merusak islam, seperti halnya yang dilakukan orang – orang Quraisy terhadap Rasulullah.


1) aliran atau paham yang tidak bersumber dari Al – Quran. Di Indonesia sendiri ada beberapa seperti Lemkari (LDII) dan NII KW9, dua aliran ini buatan badan intelijen nasional RI (Pemerintah), Jaringan Islam Liberal (JIL) juga termasuk di dalamnya,

2) menafsirkan Qur’an bisa ayat dengan ayat, ayat dengan hadist dan disertai asbabun nuzulnya,

3) radikal berasal dari kata radix: akar, islam radikal berarti ajaran islam yang sampai ke akar – akarnya. Masyarakat awam banyak yang terhasut, bahwa islam radikal itu keras, padahal dari segi makna tidak seperti itu.


Wednesday, October 3, 2007

Ramadhan, untuk Siapa?

Ramadhan datang,

menghampiri orang – orang

dalam sebulan

untuk menunaikan kewajiban

Ataukah... kebiasaan?

 

Sop buah, kolak, candil dan berbagai menu pembuka puasa disajikan berjejer oleh para penjualnya. Selintas kemudian beberapa orang menyerbu sejumlah jajanan tersebut. Pedagang tersebut untung. Ramadhan memang bulan penuh berkah.

Fenomena di atas sering kita jumpai di setiap sore di bulan Ramadhan. Hampir setiap orang keluar pada sore hari untuk ”ngabuburit” menjelang buka puasa dan menyiapkan beberapa lembar ribuan untuk dibelikan sop buah, kolak atau candil. Sehingga tidak heran jika sepanjang jalan dimana makanan – makanan tersebut dijual, sore hari jalanan penuh dengan manusia – manusia yang sedang menanti adzan mahgrib dengan begitu bersemangat.

Ada cerita menarik sehari menjelang bulan Ramadhan tahun ini. Ketika itu saya dan teman saya sedang meluncur dengan sebuah Katana mungil menuju Antapani selepas maghrib. Di pertigaan Katamso, jalanan mulai macet, penuh sesak dengan berbagai kendaraan yang entah mau kemana. Saya kemudian menyeletuk, ”Wah mau taraweh nih.” Kemacetan belum reda sesampainya di Ahmad Yani, bahkan di Terusan Jakarta pun demikian. Semangat Ramadhan sepertinya membakar penduduk Bandung untuk bisa melaksanakan ibadah secara maksimal. Ketika kendaraan yang kami tumpangi berbelok ke kanan denga jarum speedometer masih belum bergerak naik, masih pada tempatnya. Mobil berbelok lagi ke arah kiri. Dari kejauhan nampak mobil – mobil di depan kami sedang mengantre parkir pada suatu tempat. ”Oh... tarawehnya di supermarket toh,” saya dan teman saya hanya tertawa geli.

Satu lagi fenomena yang sering kita jumpai di bulan Ramadhan adalah kejadian yang saya alami tersebut. Lihat juga ketika para perempuan mendadak menjadi ”akhwat”. Terlepas dari berbagai fenomena yang hadir di bulan Ramadhan, pernahkah kita memikirkan dan mencari jawaban tentang eksistensi Ramadhan itu sendiri?

      Di bulan Ramadhan kita semua diwajibkan melaksanakan puasa. Menahan lapar dan dahaga juga hawa nafsu yang terpenting. Hal itu sudah jelas tertulis dalam surat Al – Baqarah ayat 183 :

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Al – Baqarah : 183)

Siapakah orang – orang yang beriman yang dimaksudkan Allah dalam ayat tersebut?

Iman berarti memahami sesuatu dalam hati, mengiyakan dalam ucapan dan melaksanakan dalam perbuatan. Artinya ketika kita beriman pada Allah, kita memahami bahwa Allah lah satu – satunya dzat yang wajib disembah, mengatakan syahadah sebagai bukti lisan dan melaksanakan aturan dan hukum Allah secara keseluruhan. Orang – orang yang beriman inilah yang dikatakan Allah yang diseru untuk melaksanakan shaum di bulan Ramadhan agar mereka bertakwa (bertambah ketakwaannya).

Ramadhan hadir untuk mengintrospeksi kita. Ramadhan hadir untuk menegur kita. Dan Ramadhan hadir bagi mereka yang ”benar – benar” mengimani islam sebagai dien secara keseluruhan agar ketakwaannya bertambah. Hingga saatnya kita kembali ke fitrah, manusia yang mempunyai naluri kembali ke tauhid yang murni, seperti firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 30 :

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Ar-Rum : 30)

Idul Fitri berarti kembali ke tauhid. Kembali ke dien Allah yang murni. Tapi kebanyakan orang tidak mengetahui. Entah kenapa... mungkin orang – orang tersebut melaksanakan puasa Ramadhan karena tradisi kebiasaan belaka.

Ramadhan, untuk siapa?