Sunday, July 22, 2007

Milan Sempire Milan

Kita adalah kita

Seperti sebuah pepatah :

You are what you read

(Alang Nemo)

 

Katakanlah (Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing – masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (Al – Isra : 84)

 

”Milan Sempire Milan” begitulah judul yang tertera pada sebuah harian olahraga Top Skor, jum’at 13 April 2007. Permainan anak – anak Rossoneri pada pertandingan di kandang Bayern Munchen itu benar – benar menunjukkan karakter Milan seperti biasanya. Setelah unggul 2 – 0 di babak pertama, catenaccio diperagakan mereka dan hanya mengandalkan serangan balik. Bahkan di 20 menit terakhir, anak asuh Carlo Ancelotti itu bermain tanpa striker. Milan berhasil mempertahankan keunggulannya dan berhak lolos ke semifinal Liga Champion menghadapi Manchester United.

 

Karakter merupakan ciri khas yang dapat membedakan seseorang dengan orang lain. Kita dapat mengetahui jika sering mengeksplor diri kita serta mencari tahu dengan berbagai cara. Misalnya dengan membaca buku. Atau untuk lebih cepat mengetahuinya tentu saja berinteraksi dengan dunia luar.

 

Saya memiliki dua teman. Mereka adalah trainer hebat. Satu dari mereka membawakan pelatihan dengan gaya yang dahsyat, menggelora dan dengan suara yang nyaring. Kemudian satunya lagi membawakan dengan santai, tidak teriak – teriak dan lembut. Teman saya yang kedua ini pun berkata, ”Saya ingin sekali bisa membawakan training seperti dia, tapi kok ada yang kurang sreg pada diri saya untuk membawakannya.”

 

Perkataan teman saya yang kedua sudah cukup untuk mengetahui karakter dia yang sesungguhnya dalam membawakan sebuah training. Karakter itu orisinil yang datang dari dalam diri kita. Jika kita ingin mengubahnya ada perasaan tidak nyaman, kurang sreg, dan tidak menjadi diri sendiri.

 

Kadang kita merasa tidak sadar telah menjadi orang lain. Atau berada pada suatu tempat dimana kita tidak seharusnya berada disitu, the man in the wrong place. Padahal jika kita berada pada tempat yang sesuai maka peningkatan kualitas diri kita akan meningkat pesat melebihi diri kita pada tempat yang salah.

 

Oleh karena itu banyak yang mengatakan ”back to basic” sebagai lecutan awal kembali pada diri sejatinya. Ada rasa kepuasan tersendiri yang harganya tidak ternilai jika kita menjadi diri sendiri. Dan jiwa ini pun akan berkata : ”Milan sempire Milan. Ya, Milan tetaplah Milan.”


No comments:

Post a Comment