Wednesday, July 4, 2007

Champion 99

Selama nafas masih berhembus

Selama kaki masih berlari

Selama bola masih bergulir

Aku akan mengubah dunia

(Alang Nemo)

 

Masih jelas dalam ingatan kita pada final Liga Champion tahun 1999 antara Bayern Munchen dan Manchester United yang berkesudahan 2-1 untuk Setan Merah MU. Bagi yang menyimak pertandingan ini pastinya akan bertanya – tanya, “Kok bisa ya?”. Ya, 2 gol yang dilesakkan striker pengganti, Ole Gunnar Solksjare dan Teddy Sheringham pada 90+ membuyarkan harapan FC Hollywood untuk mengangkat trofi kebanggan klub – klub benua biru tersebut.

 

Saya sendiri yang saat itu masih berusia 13 tahun belum sempat ”mengedipkan pandangan” ketika Baby Face, julukan Solksjaer membuat gol yang kedua di masa injury time bagi MU. ”Anjrit, gol lagi!.” Luar biasa, that’s amazing and unbelieveble! Ini adalah pertandingan yang tidak akan pernah dilupakan. Dua menit, dua gol dan dalam masa injury time!

 

Pertandingan sepakbola ibarat perjalanan dari kehidupan seseorang. Menegangkan dalam setiap detiknya. Jalan hidup seseorang berbeda – beda. Ada yang menganggap hidupnya biasa – biasa saja, membosankan, penuh kegagalan dan akhirnya frustasi di seikat tali jemuran, bermewah – mewah karena warisan orang tuanya dan dramatis berakhir senyuman seperti anak – anak Old Trafford. Ini semua adalah pilihan kawan. Kita sebagai manusia tinggal memilih mana jalur pendakian yang akan kita tempuh. Mau jalur A, B, C atau D? Those are  your choices.

 

Orang yang bijak pasti akan memilih jalur yang terakhir. Kehidupan yang penuh liku, namun akan berujung kebahagiaan. Orang – orang sukses biasanya mengalami kehidupan seperti itu. Siapa yang tak kenal Rasul kita, Muhammad SAW? Atau para penemu ulung seperti Thomas Alva Edison? Atau sang sastrawan modern Indonesia yang patut dianugerahi nobel atas karya – karyanya seperti Bumi dan Manusia, Pramoedya Ananta Noer? Hidup mereka dramatis. Caci maki, jatuh bangun dari kegagalan serta kerja keras akhirnya berbuah manis.

 

Ya, hidup adalah perjuangan. Dewa 19 juga melantunkannya. Selama jantung ini masih berdetak kita masih berhak memperjuangkan impian kita. Toh tidak ada yang melarang. Mungkin yang ada hanya kata – kata negatif yang akan bersarang di telinga kita. Pendiri Teh Botol Sosro pernah merasakannya, begitu juga dengan sang juragan Ayam Bakar Wong Solo, Puspo Wardoyo.

 

Kita adalah pembuat skenario sekaligus sutradara yang menggerakkan film kehidupan kita. Sukses dan kegagalan ada di tangan kita. Kemenangan dan kekalahan adalah yang buat diri kita sendiri. Sudah siap dengan draft – draft skenario kehidupan yang akan kita jalani? Jika sudah, kini tinggal berteriak untuk mengambil scene yang pertama tanda film kehidupan kita dibuat, ”Kameraaa... , ACTION!

 

 

No comments:

Post a Comment