Thursday, July 19, 2007

Media Dakwah : Orientasi Tujuan

Perkembangan arus informasi di belahan dunia ini semakin hari semakin canggih dan cepat saja. Segala informasi mudah didapatkan baik itu melalui media massa / cetak maupun elektronik. Hampir segala informasi bisa kita dapatkan. Sebagai salah satu contohnya adalah tentunya dengan penggunaan internet. Melalui media ini kita bisa mendapatkan segala informasi dari penjuru dunia.

 

Melihat gejala dunia yang semakin datar (world is flat) ini, islam sebagai sebuah sistem atau aturan hidup pastinya tidak akan tinggal diam untuk menyampaikan kebenaran – kebenaran yang haq (benar) agar sebagian masyarakat yang mengetahuinya tersadarkan sendirinya.  Dan penggunaan media sebagai jembatan prosesi dakwah ini adalah sesuatu yang diperlukan dalam syiar islam saat ini.

 

Tidak dipungkiri bahwa peranan media baik itu media cetak maupun elektronik dalam membawa pesan – pesan islam sangatlah besar. Karena pada saat ini berbagai godaan ataupun ujian yang datangnya dari budaya barat terus menggempur fondasi – fondasi kehidupan masyarakat baik itu moral sampai keimanan tiap – tiap individu. Jadi mereka (orang – orang barat) mempunyai misi dakwah juga dalam hal ini. Namun dakwah mereka adalah pesan yang secara tidak sadar akan menghancurkan diri kita.

 

Untuk itu, kita sebagai umat muslim harus mempunyai benteng dalam menyikapi permasalahan tersebut. Tameng tersebut bisa datang dalam diri kita sendiri (internal) ataupun juga dari luar (eksternal). Tameng dari luar inilah bernama media dakwah islam.

 

Kebutuhan atau keingintahuan masyarakat Indonesia tentang islam sendiri sangatlah besar. Disinilah media dakwah harus bermain. Peluang penyadaran masyarakat terbentang luas. Maka kesempatan ini tidak boleh disia – siakan bagi insan – insan yang berkecimpung di dunia media dakwah.

 

Namun disini perlu diperhatikan bahwa proses syiar islam dalam media haruslah benar – benar dalam ketentuan islam yang sesungguhnya. Mengapa hal ini perlu, bahkan mutlak dilakukan? Karena pada saat ini, realita yang terjadi adalah dimana media itu salah menempatkan dakwah sebagaimana mestinya. Sebagai contoh adalah pada industri musik yang pada bulan Ramadhan ramai berbondong – bondong mengeluarkan album ruhani dari artis atau penyanyinya masing – masing. Sebenarnya pertanyaannya mudah saja? Benarkah in adalah syiar islam atau hanya sebatas memenuhi kebutuhan market (pasar) akan lagu – lagu islami? Atau yang lebih ekstrem lagi tayangan – tayangan sinetron yang katanya mengandung pesan – pesan agama, tapi dalam penyampaiannya tidak sesuai dengan aturan islam sendiri.

 

Hal seperti ini adalah sebuah permasalahan yang memang dalam mencari solusinya akan kembali lagi ke dalam hati nurani masing – masing. Hati yang jernih dan murni tidak akan mengeluarkan output (karya) seperti itu, sedangkan hati yang sudah tercampuri bumbu – bumbu penyedap yang sebenarnya membuat menjadi pahit akan berbuat apa saja demi profit materi. Jika kasusnya seperti ini maka perlu dipertanyakan lebih lanjut tujuan dari apa yang mereka katakan syiar itu.

 

Tujuan atau visi diawal masa pembentukan media sebagai risalah dakwah haruslah jelas. Mau apa kita buat media ini? Benar – benar ingin memerjuangkan kebenaran islam atau hanya mengejar keuntungan materi belaka tanpa mengindahkan etika – etika yang ada. Ini kembali ke setiap individu masing – masing. Yang jelas dakwah itu harus disampaikan secara benar, dalam konteks islam dan bertujuan dalam hal peningkatan akhlak dan keimanan seseorang dan masyarakat lebih luas tentunya.

 

Wallahualam…

 

 

Tulisan ini pernah lolos tahap seleksi pertama Lomba Artikel Auladi Parenting Magazine bulan Maret 2007

No comments:

Post a Comment