Monday, July 16, 2007

Kebenaran

Carilah kebaikan

Carilah kebenaran

Karena kau akan tahu satu hal

Yaitu perbedaan

(Alang Nemo)

 

Adakalanya kebenaran itu berakhir sebuah kepahitan dalam kehidupan seseorang maupun kelompok. Karena orang – orang sudah mencap atau tidak percaya pada kebenaran itu. Sejarah kehidupan Nabi dan Rasul menceritakannya.

 

Nabi Nuh a.s dianggap bodoh karena membuat perahu diatas gunung. Anak laki – lakinya yang diajak menaiki perahu tersebut pun menolaknya sampai ia kafir terhadap ajaran beliau. Nabi Muhammad saw seperti kita ketahui mempunyai gelar Al – Amin, manusia yang bisa dipercaya, karena Rasul kita sangat jujur dalam berprilaku dan berkata – kata. Namun gelar itu kemudian berubah menjadi tukang sihir, orang gila dan sebagainya setelah mengajarkan wahyu yang didapat dari Allah.

 

Dalam kehidupan manusia, hal itu wajar. Setiap manusia merasa memiliki standar kebenarannya masing – masing. Padahal tidak. Kebenaran sesungguhnya tidak relatif, ia adalah absolut.

 

Kehidupan ini sesungguhnya adalah menerima kebenaran bukan menghalang – halangi kebenaran, hanya dengan alasan pribadi. Ada sebuah kisah dalam suatu perusahaan, sebut saja PT. X. Suatu saat seorang managernya membuat kesalahan dengan membuat rugi PT X tersebut. Tidak tanggung – tanggung 5 miliar kerugian yang diderita perusahaan itu. Kemudian si Bos memanggil manager tersebut. Keringat dingin mengucur dari sekujur tubuh si manager. Sebuah surat pemberhentian kerja membayang di kepalanya. Namun apa yang terjadi setelah si Bos bertemu manager tadi. Ia berkata ”Terima kasih, perusahaan ini jadi tahu bahwa dengan melakukan cara yang anda usulkan adalah tindakan yang salah. Jadi lain kita tidak akan melakukan cara itu lagi,” sang manager terbengong.

 

Suatu kegagalan bukan berarti sebuah kepahitan. Kegagalan adalah sebuah pembelajaran dan dimana proses belajar tersebut menuju kebenaran yang ingin dicapai. Saya sangat menyayangkan sikap orang tua yang selalu menganggap dirinya benar. Hanya karena mempertahankan egonya. Keputusan keluarga mutlak ada ditangannya. Dan tidak pernah memikirkan masa depan keluarganya.

 

Walaupun John Coffey dianggap membunuh oleh warga sekitar sehingga ia harus dihukum mati, namun bagi Paul Edgecomb beserta 3 sipir tahanan Green Mile lainnya John tidak bersalah bahkan John merupakan anugerah karena berhasil menyembuhkan beberapa penyakit yang diderita orang – orang disekitarnya. Film yang diangkat dari novel Stephen King ini menggambarkan sebuah kebenaran yang berujung kepahitan. Kepahitan bagi Edgecomb dan teman – temannya yang mengetahui John tidak bersalah namun ia harus dihkum mati di sebuah kursi listrik.

 

Sama halnya dengan Galileo Galilei yang dihukum mati setelah ia membuat sebuah kebenaran tentang permukaan bumi.

 

Akankah kita mau mencari kebenaran dan melepas pikiran – pikiran buruk tentang kebenaran tersebut? Atau sebaliknya men-judge ia akan tetap salah, tanpa pernah memikirkan konsekuensi yang lahir berikutnya.

 

No comments:

Post a Comment