Monday, November 19, 2007

Ahli Surga = Ahli Neraka

"Aku benar-benar melihat diantara umatku pada hari Kiamat nanti, ada yang datang dengan membawa kebaikan sebesar gunung di Tihamah yang putih, lalu Allah menjadikannya seperti kapas berterbangan, Tsauban bertanya, Ya Rasulullah, jelaskan kepada kami siapa mereka itu agar kami tidak seperti mereka sementara kami tidak mengetahui!, Beliau bersabda, Mereka adalah saudara-saudara kalian dan sebangsa dengan kalian, mereka juga bangun malam seperti kalian, akan tetapi apabila mendapat kesempatan untuk berbuat dosa, mereka melakukannya."

(HR. Ibnu Majah, disahihkan oleh Syaikh Al-Bany dalam Silsilatul Ahaadits Shahihah No,505)


Tuesday, November 13, 2007

Analisis Case : Memoar Tragis Sang Petualang Super

Memoar Tragis Sang Petualang Super1)

Siapa sangka seorang sarjana cerdas, memiliki banyak bakat ilmiah dan berpredikat cum laude lantas meninggalkan kehidupan seperti pada umumnya. Ia meninggalkan keluarga yang mencintainya menuju sebuah petualangan di alam liar Alaska. Christoper McCandles. Ialah orangnya.

Christoper mengganti namanya dengan Alexander. Ia menyumbangkan seluruh tabungannya dan membakar uang tunai yang ada di dompetnya setelah lulus dari Universitas Emory pada tahun 1990. Kehidupannya berubah, bak Tolstoy yang ia kagumi dalam karya – karya penulis Rusia tersebut.

April 1992, Alex si Petualang Super memutuskan untuk hidup di hutan Alaska. Sebelum berangkat ke Alaska ia terlebih dahulu mengembara di  kotakota di Amerika Serikat selama 2 tahun tanpa pernah menghubungi orang tuanya. Bekerja sebagai apapun dan berteman dengan orang – orang yang ditemuinya di jalanan.  

Di Keluarga, Chris memiliki banyak perbedaan pendapat, terutama dengan ayahnya, Walt. Namun begitu ia sangat menyayangi Carine, adiknya. Semenjak SMA ia sudah mulai melakukan petualangan dengan mobil Datsun miliknya. Suatu hari ia  mendapatkan sebuah fakta bahwa ayahnya pernah menikah sebelumnya dan Walt ternyata masih berhubungan dengan wanita pertama yang ia nikahi. Kebohongan pun terkuak, dan Chris benar – benar marah.

Musim dingin membuat sungai menjadi es. Mengeras. Alex melewatinya. Tibalah ia di sebuah daerah bernama Fairbanks. Hatinya gembira ketika ternyata di tempat itu ada sebuah bus dengan sebuah tempat tidur dan perlengkapan lainnya. Mulai saat itulah Alex kemudian hidup menyendiri ditemani alam dan hewan – hewan yang kemudian ia buru sebagai sumber makanan.

Alex selalu menyempatkan menulis di jurnalnya, tentang kehidupan barunya tersebut. Tanggal 30 Juli 1992, jurnalnya tercatat, “TERLALU LEMAH AKIBAT BENIH KENTANG…” Kondisi tubuhnya benar – benar lemah pada saat itu. Benih kentang itu beracun! Ia kemudian memutuskan untuk keluar dari hutan, tapi ternyata sungai sudah meluap dan arusnya sangat deras sehingga ia tidak berani menyebrang. Catatan terakhir pada jurnalnya, “AKU SUDAH MENJALANI KEHIDUPAN YANG BAHAGIA DAN TERIMA KASIH TUHAN. SEMOGA TUHAN MEMBERKATI ANDA SEMUA!” Ia pun memutuskan untuk “tidur” dalam sleeping bag untuk selamanya. Tanggal 18 Agustus 1992 tercatat sebagai tanggal kematiannya. Hampir 4 bulan ia hidup sendiri di Alaska. Christoper McCandles meninggal dalam kedamaian.     

1) diresensi dari Into The Wild, ditulis oleh Jon Kraukeur


Analisis Kasus
Friksi – friksi yang terjadi di Keluarga McCandles merupakan salah satu penyebab dari mengapa Chris berprilaku seperti yang diceritakan di atas. Hubungan Chris dengan adiknya, Carine tidak mempunyai masalah. Kebohongan ayahnya lah yang semakin memperlebar hubungan Chris dan Walt. Satu faktor lagi adalah pengaruh buku – buku yang dibacanya. Chris adalah pengagum Leo Tolstoy, sastrawan Rusia. Kehidupan Tolstoy yang biasa ia ceritakan dalam novel – novelnya (misal War and Peace) banyak mempengaruhi perilaku Chris.

Kehidupan Tolstoy yang jauh dari keramaian di saat mengerjakan novel – novelnya, sosialis dan penuh tantangan tercermin dalam tingkah laku Chris. Lihat saja ketika Chris sudah melakukan petualangan dengan mobilnya semenjak SMA, bahkan dalam suatu petualangannya Chris pernah tersesat di sebuah gurun dan hampir mati. Setelah Chris lulus ia menyumbangkan tabungannya pada sebuah yayasan yang menagani orang – orang kekurangan. Hal ini sama persis yang dilakukan Tolstoy ketika ia selesai berkarya. Tolstoy berharap buku – bukunya dijual sangat murah, bahkan kalau bisa dibagikan secara gratis kepada orang – orang yang ingin membaca karya – karya sastrawan Rusia tersebut.

Kedua faktor di atas berpadu dalam konflik batin yang berkecamuk di jiwa Chris. Rasa ini terus dipendam Chris semasa kuliah yang awalnya ia sendiri tidak mau kuliah. Baru seusai Chris lulus, ia meluapkan perasaannya dengan menjalani kehidupan yang baru sebagai Alexander Si Petualang Super.

Dalam Psikoanalisa Freud, id dan ego Chris menyatu. Sedangkan superego sendiri terabaikan. Ego Chris berusaha membuat id dirinya tetap senang dan terpuaskan. Tujuan untuk hidup dan berpetualang di Alaska membuat ego nya mencatat hal – hal apa saja yang memuluskan jalannya. Namun sayang Chris kurang melihat kaidah – kaidah yang seharusnya ia pegang sehingga id dan ego nya malah membuat dirinya kehilangan arah.


”Aku ingin pergerakan yang dinamis, bukan kehidupan yang tenang” (Leo Tolstoy)