Sunday, January 29, 2012

Life is Like a Box of Chocolates II: Lihatlah Apa Yang Orang Lain Tak Melihatnya

Dalam perjalananku, aku menemukan diriku di tengah-tengah hutan yang gelap. Karena aku mencari jalan yang benar, aku terus mencari jalan yang benar. Tapi tidak di tempat yang seperti biasanya.
(Dante Quoted by Patch Adams)

Saya agak lupa, apakah itu akhir 2006 atau awal 2007. Sekitar pukul 22.15, saya masih terjaga. Saya memainkan remote Tv. Dan pada suatu stasiun Tv swasta, saya melihat Robin Williams bersama salah seorang temannya memperagakan adegan yang konyol. Kemudian mereka menuju wc, dan ...

Saya melanjutkan menontonnya, dan saya kemudian sadar beberapa menit kemudian itu adalah film Patch Adams (dulu waktu SD saya pernah melihat cover filmnya di koran yang suka dibeli Bapak saya). Remote saya taruh, sementara tubuh serta pikiran terhipnosis menonton film tersebut. Sampai pertengahan film, saya benar-benar terhanyut, apalagi ketika Patch mengajak Carin ke suatu tempat. Setelah sampai, Patch mengatakan, "42.5 hektar dengan 2 air terjun dan 7 mata air. Di sinilah akan dibangun Gesundheit Institute." Carin bertanya, "Milikmu?" Dan Patch menjawab, "Belum, sebentar lagi."



Film pun terus berputar, hingga detik-detik menegangkan apakah Patch bisa mewujudkan misinya menjadi seorang dokter yang dapat melayani serta meningkatkan kualitas hidup orang lain. Untuk itu, ia harus lulus dulu dari Fakultas Kedokteran Virginia, dan Dekan Walcott dengan segala peraturan konvensionalnya berusaha menggagalkan kelulusan Patch hanya karena tingkahnya yang nyeleneh dan memberikan pengobatan yang tidak lazim, yaitu lewat humor! Padahal Patch adalah mahasiswa terbaik Kedokteran saat itu.

Di situlah saya merenungi perjalan hidup saya. Seperti kata Dante: "Dalam perjalananku, aku menemukan diriku di tengah-tengah hutan yang gelap. Karena aku mencari jalan yang benar, aku terus mencari jalan yang benar. Tapi tidak di tempat yang seperti biasanya." Sebelum masuk Fakultas Kedokteran, Patch mengalami gangguan mental, ia harus menjalani perawatan di RS Jiwa. Namun di sanalah ia menemukan tujuan hidupnya setelah membantu teman sekamarnya untuk buang air kecil dengan cara yang konyol. Ia pun masuk Fakultas Kedokteran dengan usia yang lebih tua dari teman-teman seangkatannya.

Dan saya masuk Psikologi, berawal dari ITB. Tapi di sanalah saya tahu tujuan hidup saya, sehingga tahun 2007 saya memutuskan kuliah di Fakultas Psikologi Unisba. Dan Patch Adams banyak mempengaruhi keputusan ini. Saya masih ingat apa yang saya katakan kepada kakak saya--alasan saya kuliah di Psikologi, "Pernah nonton Patch Adams? Banyak orang lain belum mengetahui tujuan hidupnya, saya ingin membantu mereka."

Sekarang, 3 tahun berlalu setelah saya menemukan (kembali) film tersebut di laptop seorang teman pada Kamis, 18 Maret yang lalu. Sampai sekarang, 22 Maret saya telah menontonnya 5 kali, sehingga total 6 kali semenjak saya pertama kali menontonnya lewat Tv. Saya nggak mempedulikan tugas-tugas yang menumpuk... dan saya membiarkan diri saya terhanyut menghayati setiap adegan, kata-kata, musik, serta gambar dalam film tersebut. Saya biarkan endorpin menjalarkan morfin-morfin kebahagiaan ke seluruh tubuh saya.

Di akhir film, Patch akhirnya lulus, ia kemudian membuka praktek pengobatan gratis selama 12 tahun, tanpa birokrasi yang menyulitkan pasien. Kemudian ia membeli tanah 42.5 hektar itu dan membangun Gesundheit Institute untuk melayani serta meningkatkan kualitas hidup orang lain dengan lebih profesional. 1000 dokter meninggalkan praktek konvensionalnya dan bergabung bersama Patch.


Meskipun metodanya berbeda, Alpha Habits Institute sama seperti Gesundheite, mempunyai visi membantu serta meningkatkan kualitas hidup orang lain. Harapan terbesar adalah setiap orang yang pernah berada di AHaI, apakah itu tim, klien, atau siapapun--mereka bisa memiliki tujuan hidupnya, dan memiliki tekad untuk mewujudkannya. Mereka harus punya impian, karena impian membuat orang-orang yang memilikinya terus hidup dan berjuang meraih kehidupan yang sukses dan bahagia.

Lihatlah apa yang orang lain tak melihatnya. Lihatlah apa yang orang lain tak mau melihatnya. Lepaslah dari ketakutan, kemalasan, serta kenyamanan. Lihatlah hari demi hari dengan hal baru. Dan fokuslah menatap impian-impianmu.

3 tahun lagi, insya Allah, AHaI sudah punya rumah--Rumah Impian Indonesia, tempat orang-orang belajar dan menemukan impian-impiannya. Tempat orang-orang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Do'akan kami, Kawan.


Rumah Impian, 22 Maret 2010

Duddy Fachrudin CHt

2 comments:

  1. Semangat..semangat.AHaI bs sekeren GI :)

    ReplyDelete
  2. Terima kasih Na... insya Allah bisa seperti itu :)

    Do'akan saja & ingatkan supaya selalu istiqomah dalam proses mewujudkannya.

    ReplyDelete