Thursday, January 12, 2012

Catatan Seorang Mahasiswa Tua II: Keseimbangan

Liburan semester genap saya habiskan dengan bermain Championship Manager. Saya menangani AC Milan selama 20 musim dan berhasil menjuarai berbagai kompetisi domestik, eropa, dan dunia. Milan? Wajar, karena dihuni pemain-pemain top dan dana yang berlimpah. Well, karena bosan saya resign dan create new game dengan melatih Villareal, klub Spanyol yang kalah saing dengan Barcelona, Real Madrid, Valencia, Atletico Madrid, serta Athletic Bilbao. Saya main 10 musim, dan apa yang terjadi? Bagaimana prestasinya?

Seperti yang saya katakan sebelumnya, Barca dan Madrid pastinya mendominasi liga. Villareal hanya berhasil menduduki posisi 3 besar di musim pertamanya, itupun dengan kerja keras karena sempat berada pada zona degradasi. Musim-musim berikutnya hampir sama, selalu posisi 3. Namun seiring waktu berjalan, pundi-pundi keuangan klub meningkat. Saya pun membeli pemain-pemain kelas dunia untuk mengimbangi bahkan mengalahkan dominasi Madrid dan Barcelona.

Gerard Pique, Alexander Pato (ditukar dengan Rossi), Mixalis Pavlis, Luca Modric, Juan Mata (ditukar dengan Fernandez), Nilmar, Edin Dzeko, Kevin Prince Boateng (ditukar dengan Luis Valencia), Lionel Messi, dan Cesc Fabregas pun diboyong. Sementara saya pun mendapatkan Fernando Gago, Wayne Rooney, serta David Villa secara gratis karena tidak memperpanjang kontrak di klubnya masing-masing. Pemain-pemain tersebut menemani para pemain top yang saya datangkan sejak awal musim, yaitu Bojan Krkic, Angel Di Maria, Denilson, Gael Clichy, dan Domenico Criscito. Mereka bergabung dengan skuad utama The Yellow Submarine yang terdiri dari Nihat Kahveci, Giuseppe Rossi, Gonzalo, Marcos Senna, Diego Lopez, dan Joan Capdevilla.

Posisi klub pun merangkak ke posisi 2. Sementara di Eropa berhasil menjuarai UEFA Cup dan Liga Champion. Penantian panjang untuk menjuarai La Liga akhirnya terwujud, yaitu saat Rooney bermain. Bahkan pada saat itu kami berhasil mendapatkan 3 gelar: La Liga, Copa del Rey, dan Liga Champion. Wow! Ditambah Super Cup dan Kejuaraan Dunia Antar Klub di musim berikutnya, Villareal menjadi klub terhebat saat itu.

Memang menjuarai berbagai kompetisi membuat semua bahagia. Namun ternyata ada PR bagi saya yang sangat penting. Yaitu bagaimana saya bisa memainkan semua pemain top yang ada. Tentunya saya tidak bisa memainkan semuanya dan harus ada yang dikorbankan untuk duduk di base. Dan bagi pemain top yang duduk di bangku cadangkan merasa tidak bahagia (unhappy). Inilah masalahnya, Kawan!

Setelah dipikir-pikir… solusinya ternyata cuma satu, yaitu menjualnya.

Oke, karena saya penganut formasi 4-2-3-1, maka sangat mengandalkan serangan sayap dengan satu striker dan pemain tengah yang berfungsi sebagai jangkar. Untuk sayap, saya selalu memainkan Di Maria dan Bojan. Juan Mata yang saya dapatkan dengan menukar Mathias Fernandez plus uang akhirnya saya lepas, karena punya posisi yang sama dengan Di Maria. Untuk striker, pilihan pertama selalu pada Nihat. Namun saat Rooney datang, saya menjualnya. Dan ketika saya mendapatkan David Villa, saya pun menjual Rooney. Edin Dzeko yang tidak mendapat tempat pun akhirnya saya tukar dengan pemain muda Inter, Goran Slavkovski.

Itulah sederet kasus di mana saya harus menentukan pemain yang menjadi starting line-up. Saya tahu bahwa tidak baik menumpuk pemain bintang. Ini menimbulkan ketidakseimbangan, dan pastinya ada pihak yang merasa tidak bahagia. Ketika saya selalu memainkan Di Maria maka Juan Mata yang posisinya sama dianggap tidak penting bagi klub. Bahkan ketika Modric datang, dan saya terus memainkan Di Maria, ia merasa tidak bahagia.

Ketika ada yang masuk, maka ada yang keluar. Inilah keseimbangan. Menangani Villareal memberikan insight yang luar biasa bagi kehidupan yang sesungguhnya. Sekali lagi bahwa saya tidak bisa memainkan semuanya. Harus ada yang dikorbankan. Harus ada yang dilepas atau dijual. Jika tidak, ada pihak yang dirugikan, kecewa, marah, dan tidak bahagia.

Dalam kehidupan nyata, kita kuliah, berorganisasi, sampai berbisnis atau kerja. Semuanya bisa dilakukan sekaligus. Ya, saya ulangi: semuanya bisa dijalankan sekaligus. Namun yang terpenting dari itu semua adalah, apakah hasilnya bagus? Secara akademik bisa mendapatkan IPK > 3? Berorganisasi dengan amanah? Dan menghasilkan uang dengan kerja keras?

Jika organisasi yang kita jalani hanya satu, mungkin bisa amanah. Bagaimana jika dua, tiga, empat, atau lima? Saya tidak yakin. Jika semuanya dilakukan, fisik dan psikis akan tidak seimbang dan berujung pada ketidakfokusan. Ketidakseimbangan pada aktivitas organisasi kita bisa berpengaruh pada kuliah dan kerja kita. Sementara ketidakfokusan hanya menjadikan kita sebagai orang yang rata-rata bukan di atas rata-rata. Semua berantakan, mungkin terjadi.

Kuliah hancur? Orangtua tidak bahagia. Berorganisasi tanpa komitmen? Anggota lain merasa kecewa. Kerja asal-asalan, yang harusnya dikerjakan tapi tidak dikerjakan? Bos marah.

Ada yang masuk, maka ada yang keluar. Itulah keseimbangan, Kawan. Dan itulah yang kita pelajari selama kuliah di Fakultas Psikologi.

 

19Okt'10, Malam-malam sambil makan nasi goreng...

Duddy Fachrudin


No comments:

Post a Comment