Saturday, April 14, 2012

Setia Pada Cinta

Kuliah Cinta 7: Setia Pada Cinta

Membaca kisahmu, para sahabatmu, generasi-generasi setelahnya membuat hati ini tergerus cemburu. Dalam hati terus bertanya: bisakah? Bisakah aku memiliki iman yang tangguh dan kokoh seperti mereka? Sehingga jiwa ini tak mudah karam atau terpelenting? Aku terus bertanya dalam renungan, seakan pertanyaan itu mengevaluasi seluruh kehidupan.

Banyak orang mengatakan cemburu tanda cinta. Seperti halnya Aisyah dan Saudah ra. yang saling cemburu dengan "menerbangkan piring" di dalam rumah. Wajar mereka berdua saling cemburu, karena suami mereka adalah orang yang paling mulia. Orang yang paling mulia? Itulah dia: kekasih-Mu, penyampai risalah-Mu, teladan sepanjang masa yang lidahnya masih bisa menyebut "Ummati... Ummati" di kala ruh sudah mencapai dada, orang yang penuh cinta.

Dialah special one sejati: Rasulullah Saw. yang melahirkan orang-orang yang berkualitas. Indikatornya sederhana: iman dan cinta. Bilal yang mengatakan "Ahad... Ahad" meski cambuk menerpa kulit legamnya. Keluarga Ammar bin Yasir yang mempertahankan akidah hingga syahid menjemput. Hasal Al Bashri dan Ummar bin Abdul Aziz, ulama dan pemimpin yang saling mengingatkan agar tidak tergelincir dalam harta dan tahta. Al Ghazali yang diakhir hidupnya mengatakan "Ikhlaslah... Ikhlaslah..." yang berarti hidup untuk satu: Allah Swt. Guru dan murid, Ibnu Taimyah dan Ibnu Qayim yang setia pada iman meski penjara memasung fisiknya. Sufyan Tsuri yang mengingatkan sahabatnya Harun Ar-Rasyid agar menjadi pemimpin yang amanah dan menggunakan uang negara dengan bijaksana.

Andai matahari di tangan kananku, takkan mampu mengubah yakinku
Bilakah rembulan di tangan kiriku, takkan sanggup mengganti imanku

Lantunan nasyid menambah rasa cemburu. Kepada mereka yang setia pada 1 Iman, 1 Cinta.


From this moment on, 14 April 2012

Duddy Fachrudin
 

No comments:

Post a Comment