Wednesday, October 31, 2007

Reply : Impian Tak Bisa Menunggu

Reply : Impian Tak Bisa Menunggu (From Aline)

 

Salam Hormat dan salam kenal Bapak Alang Nemo! Sebelumnya mohon maaf kalau Aline salah sebut. Soalnya, sudah banyak kali Aline melakukan kesalahan dengan kasus yang sama. Itu karena Aline masih berstatus murid baru. Kalau tidak salah baru 2 bulan 13 hari. Kalau tidak salah. Hehehe... Jadi, mohon maaf yang sebesar-besarnya, ya.

Kembali ke tulisan Bapak....

Tulisan yang luar biasa. Terus terang, Aline lebih tertarik pada tulisan yang menceritakan yg konkrit daripada tulisan yag teori2 atau defenisi2... membuat saya jadi pusing. Membaca tulisan Bapak, Aline teringat sebuah buku yang ada di rak buku dalam kamar sempit saya. Sebuah buku yg ditulis oleh seorang ibu (orang sulawesi). Dalam buku itu, beliau memaparkan bagaimana cara mengenali diri dan mengenal tujuan hidup....

Oh, ya! Aline sudah lho membuat peta hidup selama 20 thn yg akan datang. Sudah 1 thn lebih Aline membuat peta itu. Ada yg tercapai, ada juga tidak. Yang tidak tercapai, saya mencoba menafsirkannya. Kenapa bisa tidak ya? Di mana kesalahan atau kelemahan saya? Begitupula sebaliknya.. .

Tetapi, kali ini, lagi-lagi Aline akan menjadi yang 'beda'... Sejujurnya, saya juga tidak memahami diri saya sendiri. Karena, di mana2 saya berada, saya selalu merasa 'asing'... Terkadang, saya juga bingung,  apa ada yg salah dengan diri saya?

Begitu pula kali ini, Pak Alang Nemo.

Kalau menurut Aline, Pak... "Mimpi itu tidak ke mana-mana. Tidak bergeser. Boleh juga dikatakan, Mimpi itu menunggu... " (tentu saja menurut saya ya, Pak)...

Pasti Bapak bertanya, kenapa bisa?

Baiklah, Pak! Aline akan mencoba mengatakannya dengan suara terbata-bata saya. Aline akan bersyukur, kalau Bapak sudi menanggapi. Karena seumur hidup ini, baru 1 orang yg sudi mengomentari tentang keasingan saya ini. Semua orang yg saya jumpai selama ini, hanya diam saja mendengarkan cerita saya. Ada juga yg tertawa kegelian. Eh, ada juga loh yang mencibir. Hehehe.... :p

............ ......... ......... ......... ......... ......... ...

Saya mengandaikan, kalau saya ini berada pada sebuah titik. Sedangkan mimpi saya berada pada sebuah titik juga. Tentu saja pada titik yg berbeda Pak ya. Tempatnya juga berbeda.

'Titik Mimpi' ... saya tidak ke mana-mana. Tetap berada pada posisinya. Yang berbeda adalah 'Titik Posisi' saya. Seberapa jauh saya melangkah, sekian pula saya membawa titik posisinya.

Seperti kata Bapak, "Di antara 100 orang, hanya 4 orang saja yang mengetahui tentang tujuan hidupnya" Dan Aline juga sependapat kalau, "keinginan beda dengan tujuan hidup/cita-cita" ...

Kalau saya tahu tujuan hidup saya, pasti yg saya fokuskan hanya 'Titik Mimpi' tadi. Tetapi, kalau saya tidak tahu titik mimpi saya, bisa saja di tengah jarak titik itu, saya membelok ke arah lain. Dan tiba pada suatu titik yang bukan titik mimpi saya.

Dan satu lagi contoh alasan Aline, Pak!

Kebetulan sekali Bapak orang Bandung. Dan kebetulan juga, Aline memasukkan nama 'Bandung' dalam peta hidup saya. Semoga suatu hari nanti, bisa berjumpa dengan Bapak Alang Nemo ya... Hahaha... :))Mimpi Kali Yeee....!!!

Andaikan Kota Bandung adalah tujuan hidup saya, sedangkan saya orang Sulawesi. Banyak cara yang bisa saya tempuh untuk sampai ke Bandung. Bisa pake mobil, bus, kereta api, kapal laut atau pesawat terbang. Kalau saya orang kaya, tentu saja saya memilih yg enak-enak saja. Yaitu, pesawat terbang. Beberapa jam boleh sampai. Tetapi, karena saya bukan orang kaya, maka alternatif yg saya pilih tinggal, mobil, bus, kereta api dan kapal laut.

Taruhlah, saya memilih Bus. Biayanya agak murah. Pasti semuanya terkejut. :O dari sulawesi ke Jawa, mana bisa sampai kalau pakai Bus. Tenag aja! Bisa kok. hehehe... ;)

Saya hanya memiliki beberapa ratus ribu uang misalnya, saya naik bus sejauh mana uang saya mencukupi. Lalu, saya akan terdampar pada sebuah tempat. Oleh karena keinginan saya sangat besar untuk ke Bandung, kota impian saya, maka saya harus mencari uang lebih dulu, baru cari bus lagi yg lain. Begitu seterusnya.. .

Tentu saja cerita yg saya bawa berbeda dengan cerita kalau saya naik pesawat terbang dengan naik bus. Kalau saya naik pesawat, yg saya ceritakan adalah seputar bandara, suasana saat pesawat ingin meninggalkan bandara, suasana dalam pesawat (dingin), bagaimana rasanya kalau berada di atas awan, bagaimana rasanya melihat benda yg berada di bawah sana? Cuma 1 macam cerita saja. Sedangkan, kalau saya naik bus, wouuw... banyak sekali cerita yg saya bawa. Banyak tempat yg saya singgahi. Bagaimana perjuangan saya mencari uang transport? Mengenal banyak karakter. Belum lagi kalau ditengah jalan, timbul keinginan untuk naik kereta api. Kan bertambah lagi ceritanya... Pokoknya banyak banget.

Ketika saya sudah sampai ke Bandung, berarti saya sudah sampai lho ke titik mimpi saya. Berarti saya juga sudah sukses kan? Dengan mudahnya saya bisa naik pesawat terbang ke Sulawesi untuk menceritakan pengalaman saya. Dan tentu saja kembali ke Bandung (kota impian saya) dan berjuang agar saya bisa bertahan hidup di Bandung

Ini ada kaitannya dengan tulisan Bapak Sismanto, " ... adakah cangkang yg terluka saja bisa menjadi mutiara?....  (maaf ya Pak, kalau kalimatnya gak sama. tapi, maksudnya sama kan?) Bisa saja yg tidak pernah terluka bisa menjadi mutiara. Tetapi, biasanya cahanya tidak akan bertahan lama. Alias cepat memudar... Biasanya..

Kalau saya naik pesawat kan enak2 saja. Tetapi, perlu diingat, tidak semua orang Bandung pernah naik pesawat. (Jangan marah ya orang Bandung! Aline benar kok. ;))... Begitupula sebaliknya. Jadi, otomatis pertanyaan tentang bus tidak akan bisa terjawab. Kan gak bisa bertahan...

Lho, apa kaitannya dengan tulisan Bapak Nemo? :-/ 

Begini, Pak! Menurut Aline, Bandungnya gak ke mana-mana. Tetap pada tempatnya. Yang tidak bisa menunggu adalah 'busnya atau pesawatnya' ... Kan ada jadwalnya. Kalau saya tidak datang 'lebih cepat' atau 'tidak tepat pada waktunya' pasti saya tertinggal. Iya kan, Pak?

Begitu pula dengan mimpi. 'Tujuan Hidup/Titik Mimpi saya gak ke mana-mana" Tetap pada posisinya. Yang tidak bisa menunggu adalah "Peluangnya/ Kesempatannya"

".... kesempatan tidak akan datang dua kali..." (Begitu kata sebagian besar orang).

Kalau Aline, Pak kalimatnya berbeda: ... "... kesempatan pertama sebaiknya kita tangkap. Karena kesempatan ke dua belum tentu kita gemgam..."

Maksudnya? :-/ Agar saya tidak ketinggalan pesawat, saya harus datang lebih cepat atau tepat waktu. Kalau tidak, pasti saya akan tertinggal. Ada 2 kemungkinan penyebab saya tertinggal. Pertama: Karena saya lalai atau saya sengaja. Misalnya, waktu penerbangan pikul 2 misalnya, pukul 1:45 saya masih tinggal di rumah enak-enak minum kopi mocca... (^_^ Mbak Novi)... Nah, ini yg namanya lalai. Salah sendiri. Kedua: Pukul 12 saya sudah berangkat dari rumah. Semuanya sudah saya siapkan. Semuanya saya sudah periksa. Termasuk ban mobil yg akan membawa saya ke bandara. Tetapi, tiba-tiba di tengah jalan, ban mobil saya meletus karena tertusuk paku. Membuat saya ketinggalan pesawat. Ini yang namanya 'takdir'... Begitu pula dengan Bus.

Tentu saja saya masih ingat, kalau penerbangan berikutnya masih ada. Yang perlu saya khawatirkan/ pikirkan  adalah kapan lagi penerbangan itu? Berapa lama lagi? Begitu pula dengan bus, yg perlu saya khawatirkan adalah, jangan sampai bus berikutnya terhalang sesuatu. Misalnya, tiba-tiba jembatan rusak. Berapa lama waktu saya harus menunggu? Jangan-jangan ajal saya sudah menjemput, jempatan belum selesai dibangun. Sedangkan saya belum tiba ke Bandung. Tidak jadi deh ke kota impain saya... :(

Begitu pula dengan kesempatan/peluang. Kesempatan pertama, sebaiknya saya tangkap baik-baik. Pergunakan secepat mungkin. Karena kesempatan kedua belum tentu saya bisa gemgam.

Misalkan, saya seorang suami dari seorang istri. Sudah bertahun-tahun saya memimpikan untuk mendirikan sebuah warung bakso. Dan hari ini, saya akan mewujudkan impian saya. Uang sudah cukup di tanganku. Tinggal membeli barang-barang yg diperlukan. Tetapi, tiba-tiba hari itu juga istri saya meninggal (karena takdir ya, Pak!)... Tidak mungkin saya membiarkan jasad istri saya membusuk. Lalu, saya mendirikan warung bakso. Gak mungkin, kan Pak?

Apa yg saya lakukan? Membatalkan niat saya untuk mendirikan warung bakso. Uang itu saya gunakan untuk membiayai pengebumian istri saya. Wah... hati saya pasti hancur berkeping-keping. Kenapa? 1). Istri yg saya cintai telah pergi meninggalkan saya. 2).Impian saya kandas di tengah jalan. 3) ...."....Kesempatan tidak akan datang dua kali...."

Wah... karena tidak ada harapan lagi, lebih baik saya bunuh diri deh. Kan bisa barabe... hehehe....

Aduh, Bapak Alang Nemo! Sudah kelewat panjang nih cerita bus, pesawat dan baksonya. Kalau Aline salah, tolong dibenarkan ya, Pak! Seperti kata Bapakku, "Yang tidak pass, dipasskan. Yang bengkok, diluruskan" 

Alangkah bersyukurnya Aline kalau bapak sudi menanggapi. Aline cuma seorang murid biasa. Gadis pembelajar. Dan Bapak saya pernah berkata, "... Kita bisa belajar dari mana saja. Dari siapa saja. Dan kapan saja." Dan Aline juga teringat kata penulis favourite, "...Kita terlahir sebagai manusia pembelajar.. . " (Andreas Harefa)... Jadi, mohon tutunannya ya, Bapak Alang Nemo!

Terimakasih yg sebesar-besarnya. Dan beribu-ribu mohon maaf yg saya ucapkan.

Salam Hormat,

Aline (yang malu-maluin)

NB: ....".... Lebih baik malu-maluin daripada tidak punya malu... " kata Bapak Sismanto...Hehehe. . 

 

1 comment:

  1. Bingung nih mau nanggepin yang mana dulu...

    -Salam kenal juga...
    -Alhamdulillah, trims... saya cuma berusaha menuliskan apa yang ada dalam kepala saya...
    -Wah hebat udah bikin life mapping, apalagi sampai 20 tahun. Tinggal pelaksanaannya, misalnya mulai dengan incatation (self talk / self recitation).
    -Kenapa merasa asing? Kalo udah punya tujuan hidup apalagi prinsip hidup tidak akan pernah asing atau pasti bisa memahami diri sendiri dimana dan kapan pun Aline berada.
    -Analoginya sangat tepat.
    -Orang - orang yang mempunyai tujuan hidup, hidupnya akan sulit tapi menyenangkan baginya, sebaliknya orang - orang yang tidak memilikinya, hidupnya akan menyenangkan walau sesungguhnya sebuah penderitaan.
    -Menyerah tidak akan menyelesaikan masalah, teruslah berusaha.
    -Tujuan, visi hidup dan pekerjan yang anda cintai akan melahirkan sugesti yang berkelanjutan sehingga mewujudkan apa yang anda impikan (Hukum Pikiran Alam Bawah Sadar versi Alang Nemo). Asalkan kita mencintai apa yang akan kita lakukan, teruslah bergerak mewujudkan impian tersebut, seperti halnya Jim Morris.

    Ya... mudah-mudahan nanti kita bisa ketemu... dan saya bukan bapak-bapak :)


    ReplyDelete