Udara sore sejuk bagaikan desiran angin malam
Yang membuatku tertunduk pilu menangisi kelam
Merambat – rambat perlahan
Diakhiri sebuah teriakan
Malam pun menjelang
Anak – anak masih berlarian asyiknya di halaman
Sementara sang Ibu menunggu dengan senyuman
Mari sini Nak... kita makan
Sambil menunggu Ayah pulang
Wahai bulan
Aku lelaki malang
Tertelan kekerasan hitam
Berdiri tegak dihadapan pasukan bersenapan
menunggu kematian
Kemudian terdengar letusan
nice.., touching poem :-)
ReplyDeleteha... ha... ha... tararengkyu...
ReplyDelete-seorang wartawan yang sedang mencoba menjadi sastrawan-