Kiyosaki dalam bukunya Rich Dad Poor Dad menggambarkan sebuah realita kehidupan antara orang yang sukses dan tidak sukses. Menurut dia sukses itu dengan mendapatkan kebebasan finansial dan tidak menjadi pekerja serta mempunyai asset untuk mendukung kegiatan bisnisnya. Inilah pola pikir yang ingin dibangun oleh Robert T. Kiyosaki dalam bukunya yang dianggap “kitab suci” bagi para pengusaha atau entrepreneur.
Tokoh keuangan Jepang di tahun 1900-an Eiichi Shibusawa menekankan bahwa suatu Negara tidak akan maju tanpa golongan entrepreneur tangguh. Dan menurut Japan Encyclopedia diantara lulusan universitas dan sekolah tinggi di Jepang, hanya 8% yang menginginkan bekerja di pemerintahan, sementara 92% di instansi swasta dan menjadi entrepreneur. Dan kita bisa melihat Jepang yang 62 tahun yang lalu hancur oleh bom atom kini menjadi kekuatan yang sangat tangguh di bidang teknologi dan perekonomian dunia. Pertanyaannya kapan Indonesia seperti Jepang?
Namun keadaan dilapangan menyatakan lain. Hampir setiap ada bursa kerja atau carier days, pasti ajang khusus melamar kerja tersebut penuh sesak dengan para pelamar kerja. Jumlah lowongan dan pelamar hampir tidak seimbang, ibaratnya SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) untuk masuk Kedokteran Unpad, kita harus mengalahkan puluhan pesaing lainnya. Dan ini terus terjadi sampai jumlah total pengangguran di Indonesia kini sekitar 40 juta orang. Angka ini akan terus bertambah karena setiap tahun perguruan tinggi tentunya mengadakan wisuda. Bayangkan jika tiap kali wisuda di Unpad misalnya, jumlah wisudawannya 3000 orang dan tiap tahun wisuda selama 4 kali, maka dalam setahun ada 12000 lulusan Unpad yang mencari kerja. Belum perguruan tinggi negeri negeri maupun swasta yang lain.
Ini adalah akibat dari pola pikir masyarakat Indonesia yang cenderung terpaku mengenai sistem pendidikan yang kita jalani sejak kecil. Hampir seluruh masyarakat mempunyai mindset yang sama yaitu kita sekolah adalah untuk mencari kerja, bukannya kita sekolah untuk menciptakan pekerjaan baru. Bahkan kita seolah meng – iyakan dengan pola pikir seperti ini kita bisa maju dan berkembang.
Untuk mengubah pola pikir ini tentunya harus mulai disosialisasikan di setiap sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Orang tua pun perlu diberi tahu mengenai hal ini sehingga terbentuk mindset yang baru di kalangan masyarakat Indonesia. Kita tidak akan maju jika tidak mau bergerak menuju kondisi yang lebih baik dan ini semua ada di pundak generasi – generasi muda kita.
No comments:
Post a Comment