Terima Kasih Maldini!
[Paolo Maldini memutuskan gantung sepatu setelah pertandingan Milan-Roma, 24 Mei 2009. Kapten Milan tersebut sudah mengabdi hampir 25 tahun bersama Rossoneri.]
Fahri : Ya... Setiap orang...
Maria : Punya jodohnya masing-masing. Seperti sungai Nil dan Mesir... Jika sungai Nil tidak ada, maka Mesir pun tidak ada.
Maria tiada meninggalkan Fahri dan Aisyah setelah fisiknya terus melemah, antibodi tubuhnya tak dapat lagi menahan penyakit yang dideritanya. Saat itulah Fahri dan Aisyah hidup (kembali) berdua, karena sebelumnya Maria hadir sesaat bersama mereka. Dan Epilog sungai Nil dan Mesir menutup kisah cinta yang rumit antara Fahri dan empat orang wanita dalam Ayat-ayat Cinta yang fenomenal, baik Novel maupun audio visualnya di layar lebar.
Jodoh. Satu kata yang membuat orang yang masih melajang namun sudah berkeinginan untuk menikah selalu bertanya pada dirinya: Kapan aku menikah? Atau benarkah dia jodohku yang tepat? Ada sebuah kekhawatiran yang melanda aspek psikologis seseorang ketia ia berada pada situasi tersebut. Situasi dimana ia akan berhadapan dengan dunia baru bersama pasangan hidupnya, yaitu membina hubungan berlandaskan sebuah ikatan yang sakral—mitsaqan ghaliza.
Setiap orang memiliki jodohnya masing-masing. Bukankah Allah sudah menyiapkannya kepada kita, bahkan kepada orang yang paling ”merasa” jelek sekalipun.
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). (QS. An Nuur: 26)
Pengertian jelek biasanya terbatas pada area fisik, sehingga jika ia memiliki hati yang bersih dan keimanan yang mantap, insya Allah janji-Nya akan menurunkan bidadari yang terbaik untuk orang tersebut. Dan jika ternyata pasangan kita tidak sesuai dengan apa yang Allah janjikan seperti pada kisah istri Fir’aun, pada dasarnya Allah sedang menguji keimanan dan kesabaranya.
Berbicara jodoh sebenarnya bukan hanya pada persoalan laki-laki dan wanita saja, namun merambah ke berbagai ruang lingkup, seperti pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya. Kita bisa melihat orang-orang yang sangat mencintai pekerjaannya, misalnya seorang Choky Sitohang yang berjodoh dengan pekerjannya menjadi presenter atau MC. Ia bahkan mengatakan, ”Saya tidak hidup dari pekerjaan ini, tapi saya membuat hidup pekerjaan ini.” Begitu enjoy dan asiknya Choky bekerja sebagai presenter karena ia memang mencintai pekerjaannya itu sehingga pekerjaannya ia juga semakin mencintainya.
Dalam area pendidikan, kita bisa melihat seorang yang sangat sederhana, namun ketika kita berdiskusi dengannya kita akan terpana mendengar bahasa ilmu yang keluar dari setiap kata-katanya. Ia adalah Tauhid Nur Azhar, seorang dosen, dokter, praktisi dan sahabat yang baik bagi setiap orang yang mengenalnya. Science sebagai ilmu alam sangat melekat pada sosok Pa Tauhid, terutama hal-hal yang berkaitan dengan fisiologi manusia. Oleh karena itu jangan heran, karya-karya beliau tidak terlepas dari otak, sistem saraf, dan kawan-kawannya. Bahkan Pa Tauhid menguraikan kejadian-kejadian di lingkuangan sekitar manusia berdasarkan proses kerja otak tersebut.
Jadi apa rahasia Choky dan Pa Tauhid bisa mendapatkan ”jodoh”-nya masing-masing. Satu persamaan yang bisa ditarik dari kedua contoh tersebut adalah kata cinta. Ya, cinta yang membuat orang semakin mencintai bidangnya masing-masing. Karena mencintai pekerjaan atau pendidikan yang sekarang kita jalani, hidup semakin lebih indah, lebih nikmat dan bermakna. Coba saja kita bayangkan andaikan tak ada Choky di acara Mario Teguh Golden Ways (MTGW), maka terasa agak kurang, karena selain ia bisa membawakan acara (sebagai presenter) dengan baik, juga bisa memotivasi audience dan pemirsa yang ada di rumah. Bayangkan andaikan dosen Biopsikologi atau Psikologi Faal bukan Pa Tauhid, maka saya dan teman-teman di Psikologi Unisba tak akan mengerti kenapa ada orang yang bisa fobia kucing. Itulah mereka yang bisa membuat pekerjaan menjadi lebih hidup karena cinta, karena telah memiliki jodoh yang tepat di bidangnya masing-masing.
Rasa syukur atas ”jodoh”-ku yang telah hadir...
Bandung, 9 Mei 2009
Duddy Fachrudin
Michael, seorang anak kecil mengalami ketakutan jika ia berada dalam ruangan tanpa cahaya. Dalam ruangan yang gelap, Michael merasa ada sesuatu yang akan membuat hidupnya di dunia berakhir. Catlin, kakaknya, membawa Michael ke rumah sakit. Oleh dokter, Michael dianggap memiliki gangguan Nightfobia (ketakutan di malam hari / kegelapan), bahkan menjurus kepada Night Terrorist, dimana penderitanya mengalami ketakutan yang sangat tinggi dan tidak bisa membedakan mana yang real (nyata) dan tidak nyata, yang akhirnya penderita Night Terrorist menganggap semua hal yang ditemuinya adalah kenyataan, seperti halnya mimpi. Bagi dokter rumah sakit tersebut, sesuatu yang menakutkan yang mengejar-ngejar Michael, berasal dari mimpinya, sehingga ketika Michael merasa ketakutan ia melukai dirinya sendiri.
Pun begitu dengan Kyle Walsh. Sejak kecil hingga dewasa ada sesuatu yang menghantuinya ketika ia berada dalam ruangan gelap. Ia harus tetap berada dalam ruangan yang bercahaya, walaupun remang-remang sekalipun. Oleh karena itu, ia selalu membawa lampu senter kemanapun ia pergi. Jika berada dalam ruangan tanpa cahaya, lampu senter tersebut bisa menjadi penolong baginya.
Kyle adalah teman kecil Catlin. Mereka berdua bertetangga. Namun, keduanya harus berpisah lantaran Kyle dituduh membunuh Ibu kandungnya sendiri. Sejak itu, Kyle menghabiskan waktu di rumah sakit jiwa hingga tumbuh menjadi dewasa. Setelah keluar dari sana, Kyle bekerja, dan pada suatu waktu yang tidak diduga bertemu kembali dengan Catlin. Catlin kemudian meminta tolong kepada Kyle, karena ia merasa bahwa apa yang dialami adiknya, Michael, adalah hal serupa yang juga dialami Kyle.
Kyle sendiri tidak tahu bagaimana menghilangkan ketakutannya, cara satu-satunya adalah tetap ada cahaya dimanapun ia berada. Karena cahaya tersebut akan mengusir ”mahluk” yang mengejar-ngejarnya.
”Jangan biarkan dia ditaruh dalam kegelapan, kau harus percaya padaku,” begitu anjuran Kyle kepada Catlin menyoal adiknya.
Namun hari tidak selamanya terang, ada malam yang datang menyelimuti alam di bumi. Dan ketika malam, walaupun cahaya bulan dan lampu memberikan cahaya terangnya, kegelapan bisa tercipta sewaktu-waktu. Benar saja, lampu mendadak mati di kantor polisi dimana Kyle ditangkap (lagi) atas tuduhan membunuh orang. Para polisi berusaha menyalakan lampu kembali, namun ternyata ada sesuatu yang mengerikan disana yang meneror mereka dan juga Kyle dalam kegelapan.
Mahluk itu ternyata Peri Gigi yang menakutkan yang mendatangi anak-anak yang tanggal gigi susu terakhirnya. Anak-anak tidak boleh melihat wajah Peri Gigi tersebut, karena kalau melihatnya akan diteror sampai kapanpun. Kyle dan Michael pernah melihat wajah Peri Gigi tersebut, sehingga mereka selalu diterornya. Peri Gigi hanya meneror saat gelap, iblis tersebut takut cahaya karena dirinya bisa hancur ketika mengenai cahaya.
Banyak yang tidak percaya apa yang dikatakan Kyle, termasuk para polisi. Sehingga ketika Kyle mengatakan untuk tidak jauh dari cahaya atau selalu membawa senter, mereka menertawakannya. Akhirnya sebagian besar polisi tewas, Kyle sendiri bersama seorang polisi yang sadar atas omongan Kyle kabur dari kantor polisi dan berusaha menyelamatkan Michael dan Catlin yang berada di rumah sakit yang juga sedang berada dalam kegelapan.
Cahaya Vs Kegelapan
Bagaimana perjuangan Kyle menyelamatkan Catlin dan Kyle? Bagaimana pula akhir dari teror Peri Gigi kepada Kyle, Catlin, dan Michael? Ah, biarlah anda sendiri yang menyimak kelanjutan film Darkness Falls tersebut.
Peri Gigi dan terornya memang tidak ada dalam kehidupan sebenarnya. Kisah tersebut hanyalah mitos pada fabel-fabel yang dibaca anak-anak. Namun, cahaya yang menemani Kyle maupun Michael dari kegelapan sekaligus menjadi penolongnya merupakan suatu hal yang ada pada kehidupan kita. Bahkan ketika kata-kata Kyle, ”Stay in the light” atau ”jangan jauh dari lampu” dan ”jauhi kegelapan” agar tetap selamat merupakan refleksi dari jiwa dan hati kita.
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat. (Al Baqarah: 17)
Cahaya adalah iman yang membawa kemenangan. Keseluruhan keyakinan dari hati dan ucapan yang ditindaklanjuti dengan perbuatan atas apa yang Allah perintahkan. Mereka bercahaya, mereka yang beriman, mereka yang mendapat perlindungan, mereka yang mendapat kemenangan, mereka yang mendapat surga Allah.
Sedangkan kegelapan adalah kekafiran yang akan ”membunuh” pemiliknya. Suatu bentuk penolakan terhadap apa yang diperintahkan Allah. Mereka dalam kegelapan, mereka yang tidak dapat melihat, mereka yang tidak mendapat petunjuk, mereka yang tergoda akan kemaksiatan, mereka yang mendapat kesengsaraan kelak, mereka yang menghuni neraka.
Allah pelindung orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al Baqarah: 257)
Tidak mudah untuk mendapatkan seberkas cahaya, bahkan kemudian menjaganya agar tetap menerangi jiwa kita, pun butuh perjuangan. Untuk mendapatkan cahaya keimanan, kita harus menghadapi dunia yang penuh godaan, menaklukan diri kita seraya bersimpuh mengabdi kepada-Nya. Dan setelah kita mendapatkan cahaya tersebut, kemaksiatan tak pernah berhenti meneror keimanan kita. Tidak sedikit saudara-saudara kita yang terjerumus kembali ke lembah kegelapan karena kurang berupaya tetap dalam cahaya keimanan.
Hanya ada satu cara agar kita tetap selamat dalam kehidupan ini. Yaitu: berjuang untuk selalu berada dalam cahaya iman kemanapun kita pergi melangkah. Niscaya kegelapan akan hancur dengan cahaya iman yang kokoh serta yang tak pernah padam.
Refleksi—introspeksi,
26 Januari 2009
Prinsip 5 : Belajar bukan menyalahkan (BEJ). Enjoy...!
BEJ adalah singkatan dari Blame, Excuse, Justify. Yang dimaksud Blame adalah menyalahkan orang lain. Excuse berarti beralasan. Dan justify menghakimi atau membenarkan.
Apa perbedaan orang kaya dan miskin? Bisa dilihat dari BEJ-nya. Orang miskin ”mungkin” berperilaku BEJ.
Supaya mudahnya, kita simak analoginya ;
Orang miskin saya katakan saja ”mungkin” akan menyalahkan lingkungannya. ”Anjrit, kenape gue bisa miskin kayak gini. Sehari-hari cuma bisa makan dengan ikan asin, krupuk dan sambel doank. Ah... pantesan aje Enyak ame Babe miskin. Gue udeh terlahir hidup miskin!” Begitulah ciri-ciri orang miskin. Nyalahin mulu kerjaannya.
”Eh, mad. Kenape lu nggak bantu Nyak lu aje jualan nasi bungkus di terminal sono?” seru Babe kepada Somad.
”Wah, Somad kan masih sekolah Beh, entarlah kalo udah lulus baru gawe,” Somad beralasan.
Peluang menjadi kaya sangat banyak, kawan. Seperti prinsip yang ketiga : Peluang Ada Dimana-mana. Kalo kita nunggu, nunggu & nunggu mo sampe kapan kayanya? Orang miskin banyak beralasan namun no action.
Kemudian, justify. ”Dia mah bisa kaya karena punya kepintaran atau bakat,” atau, ”Bokapnya kan tajir, jadi pantes aja dia kaya.” Nah, orang yang miskin bakal berkata demikian. Ia men-justify keberadaan orang lain dan nggak mau belajar untuk dirinya. Emang ada orang yang tadinya miskin, trus jadi kaya : BANYAK! Kuncinya adalah mau belajar.
So? Orang yang ingin kaya tidak akan melakukan BEJ. That is the keyword. Well, selamat berjuang dan sampai ketemu lagi di prinsip berikutnya.
Hanya karyanya lah yang akan abadi.
Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti.
(Ali bin Abi Thalib)
Siapa yang tidak tahu Twilight sampai Breaking Dawn – nya Stephenie Meyer yang sedang digandrungi penikmat buku saat ini? Siapa pula yang tak kenal Lintang, Ikal, Arai, dan A Ling, karakter-karakter pada tetralogi Laskar Pelanginya Andrea Hirata? Juga dengan Si Harry Potter JK Rowling? Kemudian mari kita sedikit melangkah mundur jauh ke belakang dimana sang maestro sastra Indonesia, Pramoedya Ananta Toer dengan masterpiece tetralogi Buru-nya (salah satunya: Bumi Manusia) yang dilarang keras beredar saat pemerintahan Orde Baru. Sebelumnya ada Max Haveelar karya Multatuli, seorang Londo (Orang Belanda) yang bersimpati-empati pada rakyat Indonesia saat pembangunan jalan raya Anyer-Panarukan. Dan di Rusia, tahun 1850-1950an, seorang Count Lev Nikolayevich Tolstoy atau Leo Tolstoy mempengaruhi dunia dengan karya-karyanya yang bercorak realis dan religius.
Penulis, sebuah profesi atau pekerjaan yang dulu dipinggirkan oleh orang-orang, namun sekarang banyak orang yang ingin menjadi penulis, karena bukan hanya cukup menjanjikan dari segi pendapatan, tapi juga popularitas bak artis yang bakal didapat. Hanya itukah orang-orang menulis buku, artikel di blog, ikut lomba menulis, atau skenario film?
Saya sependapat dengan Multatuli, bahwa saya menulis karena saya ingin dibaca! Saya ingin didengar! Bahkan saya ingin dihargai! Ya Kawan, menulis untuk memenuhi kebutuhan self-esteem kita. Kebutuhan akan harga diri, seperti kebutuhan dihargai oleh orang lain juga oleh diri sendiri, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi, dominasi, percaya diri, kompetensi, kesuksesan, dan independensi. Intinya kita ingin berapresiasi sekaligus berkreasi lewat karya-karya kita dan puncaknya adalah kebanggan ketika kita menciptakan karya tersebut.
Semenjak serius menulis di tahun 2006, selain sebagai terapi yang ampuh bagi kondisi emosional saya, menulis saya jadikan sebagai ajang memenuhi self-esteem. Honor dan popularitas hanyalah faktor pendamping dalam menulis. Dan kini, eksistensi adalah faktor utama mengapa saya menulis. Dengan menulis saya mengungkapkan cara berada saya, scribo ergo sum –saya menulis maka saya ada. Dan saya percaya atas apa yang dikatakan Khalifah Ali bin Abi Thalib, kita akan terus hidup melalui coretan-coretan pena yang kita buat.
Lantas apa yang harus kita tuliskan? Sayyidina Ali melanjutkannya: Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti. Karya yang membuat kehidupan orang lain menjadi lebih baik, tulisan yang membuat orang tersenyum, karya yang mencerahkan, tulisan yang ..... akan membuat bahagia penulisnya di akhirat nanti.
Menjemput surga dengan menulis ...
1 Februari 2009 - malam sunyi
(Sir Henry Dunant)
Sore itu, Kamis, 3 Juli 2008 saya termenung membaca quote di atas pada sebuah novel berjudul singkat namun berisi, 5 cm. Sebuah kalimat yang terlontar dari seorang Bapak Palang Merah sedunia itu menggetarkan hati dan seluruh tubuh saya. Beberapa detik saya melamun. Kemudian saya berucap dalam hati, keren.
Saat ini banyak teori tentang kecakapan berkomunikasi, kepemimpinan, bekerja sama dalam tim, atau soft skills lainnya yang marak dalam seminar-seminar maupun training pengembangan sumber daya manusia. Buku-buku keterampilan berorganisasi pun layaknya butiran pasir yang bertebaran dimana-mana. Namun, itu kebanyakan sebatas teori belaka.
Apa yang diucapkan Sir Henry Dunant bukan sekedar teori belaka. Bertualang adalah kegemaran yang bisa diaplikasikan siapapun. Bertualang bisa dilakukan sendiri maupun secara bersamaan. Dan yang paling penting dari semua itu adalah bertualang dapat meningkat keterampilan kita dalam leadership, melatih team work, mengatur strategi, dan lainnya.
Saya pernah merasakan hal itu ketika mengikuti Sekolah Pendaki Gunung Gede yang diadakan oleh Wanadri pada tahun 2007 yang lalu. Selain ingin merasakan atmosfir petualangan, saya juga dari awal ingin merasakan benar-benar bagaimana rasanya mengembangkan skills tadi di hutan belantara. Saat itu, empat hari kami peserta SPG (Sekolah Pendaki Gunung) diberikan pelatihan di Salabintana. Dari persiapan perbekalan sampai pertolongan medik dan survival materi diberikan. Tiga harinya kami mempraktekan materi tersebut sembari mendaki ke Gunung Gede.
Selama tiga hari itu, kami dibagi ke dalam kelompok-kelompok, membuat bivak (tenda dari ponco) sendiri, memasak makanan dan air, saling menjaga dan membantu jika satu sama lain sedang kesulitan, mengantar teman buang air, dan membawa sampah bergantian. Seperti yang Henry Dunant bilang, inilah soft skill praktis yang bisa di dapatkan dalam bertualang, dan saya benar-benar merasakan manfaatnya sekarang, baik dalam organisasi maupun kehidupan sehari-hari.
Ya, andaikan setiap pemuda di negeri ini suka bertualang di alam, maka niscaya tidak mustahil lahir pemimpin-pemimpin yang berkualitas yang siap membangun bumi pertiwi ini. Sayangnya kita sendiri sering melihat para pemuda di tempat bermain playstation, nongkrong nggak jelas di setiap sudut jalanan kota atau berhamburan pergi ke mall-mall menghabiskan waktu.
Arus globalisasi pun secara langsung mempunyai efek yang signifikan terhadap pengembangan karakter pemuda kita. Televisi yang dibanjiri dengan tayangan-tayangan mengasikkan membuat orang-orang dari mulai anak-anak sampai nenek-nenek setia duduk berjam-jam demi tontonan favorit mereka. Apalagi acara-acara yang ada kurang berkualitas, dalam arti hanya mempertontonkan gaya hidup atau kesenangan belaka. Jika hal ini dibiarkan maka perlahan-lahan akan mengikis karakter anak bangsa.
Kita sebagai orang-orang yang peduli terhadap bangsa ini sudah sepatutnya menyosialisasikan kegiatan bertualang di alam. Kegiatan yang bukan hanya sekadar mendaki gunung, apalagi mengotorinya (lestarikan alam kita!), tapi juga sekaligus mengembangkan skill keorganisasian yang nantinya akan bermanfaat bagi kita kelak sebagai manusia yang berada dalam masyarakat, kampus, instansi perusahaan, dan juga negara ini.
Are you ready to be a great leader?
I'll never quit
I'll never lay down
See I promised myself that I'd never let me down
So I'll never give up
Never give in
Never let a ray of doubt slip in
And if I fall, I'll never fail
I'll just get up and try again
Never lose hope, never lose faith
There's much too much at stake
Upon myself I must depend
I'm not looking for place or show
I'm gonna win
No stopping now
There's still all ways to go
Someway, somehow
Whatever it takes I know
I'll never quit
I'll never go down
I'll make sure they remember my name
A hundred years from now
When it's all said and done
My once in a lifetime won't be back again
Now is the time to take a stand
Here is my chance
That's why I'll
Prinsip 4 : Be – Do – Have
Be : Menjadi, Do : Melakukan, Have : Mempunyai
Proses menjadi kaya adalah seperti diatas. Kita harus Be dulu setelah itu Do kemudian akan Have. Banyak orang yang ingin kaya langsung ingin memilki (have) tapi tidak ingin prosesnya yaitu menjadi (be) dan melakukan (have). Makanya orang – orang tersebut tidak akan bertahan lama dengan kekayaannya, karena tetap saja mental dan habbitnya masih seperti orang miskin.
Contohnya saja anak yang tiba – tiba mendapatkan warisan melimpah dari orangtuanya. Jika ia belum memiliki jiwa ”menjadi” dan ”melakukan” seperti orang kaya, niscaya harta tersebut tidak akan lama untuk habis dikonsumsinya. Atau seorang artis yang berpenghasilan ”wah”, namun dalam managemen keuangannya amburadul. Akhirnya ia pun bangkrut.
Orang – orang kaya mempunyai pola pikir dan habbit yang berbeda dengan ”orang miskin”, ini bisa dimasukkan dalam kategori Do. Ada rumus sederhana bagi orang kaya yaitu 6-3-1. Jika ia mempunyai penghasilan 10, maka 6 akan diinvestasikan untuk bisa menghasilkan kekayaan baru. Sementara 3 ditabung dan 1 untuk keperluan hidupnya.
Banyak Do yang bisa dipraktekkan untuk kemudian Have. Misalnya lagi dengan menunda kesenangan dan masuk pada zona tidak nyaman. Lihat saja pengusaha – pengusaha sukses sekarang. Jika tidak bubur makannya atau nasi dengan lauk seadanya, bahkan tidak jarang dengan makan mie rebus ketika masih belum sesukses sekarang. Sementara untuk Be, kita harus memilki karakter seperti orang kaya. Kita juga bisa membuat nilai tambah dengan apa yang kita usahakan.
Well, untuk menjadi kaya kita punya proses yaitu Be – Do – Have. Selamat berjuang!