Sunday, November 27, 2011

Jalanan: 25 November

Pulang pergi ke KPW Sosro di Soekarno Hatta. Naik Damri & Dago-Kelapa. Melihat anak-anak jalanan dan anak penjual coet yang terlihat jelas cucuran keringatnya. Bertemu pengamen dan peminta-minta. Dan tiba-tiba... tertulis jelas di sebuah headline: "PERNIKAHAN 40 MILLIAR" di sebuah surat kabar kota.

Entah pernikahan siapa. Karena saya jarang membaca berita. Namun saya dengar pernikahan anak-anak p...emerintah.

Saya pilu di dada. Pun begitu jika Amirul Mukminin Umar bin Khattab masih ada. Masih ingat kisahnya, di tengah malam ia meronda. Terdengar tangisan rakyatnya yang tak tahu harus makan apa. Karena yang ada hanya batu dan air yang dimasak seadanya. Umar langsung menuju gudang gandum dan membawanya, untuk sang warga. Ia mengangkatnya sendiri dengan tangannya, meski saat itu ada ajudannya.

"40 MILIAR" habis dalam beberapa saat saja. Namun tidak bagi mereka: anak-anak jalanan kota. Dengan rupiah-rupiah yang wah itu, pendidikan mereka terjaga. Kemiskinan pun mulai terkikis dari hidupnya.

Tapi anak-anak pemerintah lebih suka menghabiskannya dalam satu pesta.

Inilah realita. Wajah nusantara kita.

Dari Tugu Kujang Sampai Imogiri

Ku layangkan pandangku melalui kaca jendela

Dari tempatku bersandar seiring lantun kereta

Membawaku melintasi tempat-tempat yang indah

Membuat isi hidupku penuh riuh dan berwarna

(Perjalanan Ini, Padi)

Malam pekat aku duduk di jok belakang. Motor yang dikendarai temanku menderu di atas aspal sunyi tanpa lantang. Kanan-kiri kami sawah membentang. Dalam perjalanan kami ditemani cahaya bulan dan bintang. Motor terus berlari kencang. Angin malam menyapu rambutku yang usang. Imogiri... Imogiri... aku datang!

Tugu Kujang

Hari itu sabtu malam, tanggal 21 di bulan Mei, mengingatkanku pada sebuah perjalanan di mana aku terdampar di Tugu Kujang. Bogor, 28 April pukul 21.30 aku bersama seorang perempuan berusia 18-19 tahun yang akan melakukan wawancara kerja di depan simbol kota hujan. Dia kemudian bertanya suatu daerah di Bogor padaku yang pertama kali ke Bogor! Jadilah aku menemaninya sampai temannya menjemputnya. Padahal aku sendiri tak tahu harus bermalam di mana.

Dua kisah itu tentang perjalanan. Yang pertama: Jogjakarta. Kedua: Bogor. Lalu untuk apa aku ke sana?   

Waktu dikalahkan Aokiji, aku pikir masih banyak orang yang lebih kuat daripada ia. Karena itu, aku juga harus lebih kuat demi melindungi teman-temanku... Bukan hanya menjadi lebih kuat... Tapi karena aku ingin selalu bersama teman-temanku. Karena itulah, aku harus lebih kuat daripada siapa pun. Kalau tidak, aku akan kehilangan mereka.

(Luffy saat bertarung melawan Blueno di Enies Lobby)

Kata-kata Luffy aku tulis ulang. Tepatnya di halaman 194 buku “10 Pesan Tersembunyi & 1 Wasiat Rahasia”. Oh ya sebelum dilanjutkan, sebenarnya buku ini tidak mau aku terbitkan karena memang isinya berisi pesan-pesan serta wasiat terlarang. Orang yang membacanya kemudian mempraktekkannya 100% akan mengalami ketidakwajaran dalam hidupnya. Aku ulangi: akan mengalami ketidakwajaran dalam hidupnya. Jadi JANGAN COBA-COBA MEMBELINYA, MEMBACANYA, apalagi MEMPRAKTEKKANNYA! Plis, aku sudah peringatkan dari sekarang. Tanggung sendiri resikonya ya...

Buku TERLARANG!

Kembali ke jalan yang benar.

Begini... kalau orang ingin maju, apa sih yang sebenarnya dibutuhkan? Kalau Luffy, untuk lebih kuat memang harus berlatih. Nah kita? Tentu saja belajar. Itulah kenapa aku melakukan dua perjalanan itu. Belajar Kawan, atau kata lain investasi leher ke atas dalam bentuk ilmu.

Di Bogor aku mengikuti pelatihan Hidup Berlimpah Hidup Berkah (HBHB) yang diadakan DinarCoach Internasional selama 3 hari 3 malam. Mulai pukul 7.30 dan selesai pukul 00.30. Itu 2 hari pertama. Di hari terakhir, training baru selesai pukul 03.00! Inilah pelatihan terlama yang pernah aku ikuti.

Bapak Hasan & Emak: sudah berjualan ketan bakar selama 40 tahun di Bogor...

Suatu malam di lain waktu, salah seorang sahabat bertanya, “Kang kenapa rela-relain ikut training sampai ke luar kota?”

“Hmm... kenapa ya? Aku kan trainer.  Harus nyari ilmu. Udah hobi juga, hehe...”

Kebayang Kawan (eh kebayang itu yang suka dipanggil si Borokokok...), kalau ilmuku segitu-segitu aja maka training yang diadakan Alpha Habits Institute pun nggak berkembang. Kalau sudah begitu ya susah nolong orang. Padahal salah satu core values dari kami adalah Help People: Menolong Orang.

Oke kita lanjutkan.

Sementara di Jogja aku belajar pada para Master IACH dan para sekutunya (teman-temannya, red). Dua hari di sana benar-benar muantep. Ilmu hipnoterapi yang didapat dari dr. Gun, ditambah para Master Jogja yang khas RASA metafornya serta versi diriku sendiri kini menyatu dalam hati sanubari yang paling dalam (hualah opo iki...). Nah, enaknya saat di Jogja dibanding Bogor, aku sempat jalan-jalan. Ide pun bermunculan, salah satunya saat membeli sebuah souvenir yang bisa dijadikan alat pendukung ketika training.

Malioboro: ramenya kalau malam minggu...

Satu hal lagi yang didapat ketika kunjungan ke Jogja adalah saat bermalam di rumah seorang kawan di Imogiri yang sepi dan hampir nggak ada sinyal. Di daerah situ pun bisa dihitung dengan jari jumlah anak mudanya yang kuliah di kota. Apa yang didapat di rumah kawan yang baru aku temui dan berkenalan di Jogja itu? Di balik rumahnya yang sangat sederhana dan HP-nya yang jadul, BUKU-BUKUE AKEH PISAN, TELU LEMARI! (buku-bukunya banyak sekali, tiga lemari!). Weleh-weleh... aku jadi teringat teman-temanku yang bergaji 2 jutaan dari Ortunya. (Mereka) investasi buku (ilmu) aja susahnya minta ampun, dan ketika ditawari ikutan training minta gratis. Sementara HP ganti tiap bulan, nonton, DVD, dan urusan perut jadi nomor satu. Padahal ayat pertama yang turun adalah nyuruh manusia adalah iqra (baca atau cari ilmu) bukan nonton apalagi makan.

Baiklah. Sidang pembaca sekalian. Mari kita lanjutkan sedikit lagi.

Hari ini tanggal 1 Juni 2011, dalam satu tahun kami tak terasa sudah mengadakan training “The Journey of SUCCESS & HAPPINESS” (Hypnomotivation) selama 5 angkatan, “Basic Clinical Hypnotherapy” (BCH) 4 angkatan dan 1 kali privat, memberi terapi personal ke puluhan orang, terapi massal hampir ke seribu orang, serta membuat buku. Alhamdulillah... aku sendiri merasa sangat bersyukur dengan pencapaian ini. Aku bertemu banyak orang dan mendapatkan pembelajaran dan inspirasi dari mereka.

Namun aku tak ingin berhenti di sini, karena setelah ini kami akan mengadakan training “11 Steps to SUCCESS & HAPPINESS” dan “Miracle of SUCCESS & HAPPINESS” (lanjutan “The Journey of SUCCESS & HAPPINESS”) serta Advance Clinical Hypnotherapy. Oleh karena itu aku harus terus belajar dan tentu saja mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Aku jadi teringat salah satu hadis yang aku tulis di buku “10 Pesan Tersembunyi & 1 Wasiat Rahasia”:

Barangsiapa menginginkan kebahagiaan di dunia, ia harus mencapainya dengan ilmu. Dan, barangsiapa menginginkan kebahagiaan akhirat, ia harus mencapainya dengan ilmu. Dan, barangsiapa menginginkan kedua-duanya, ia harus mencapainya dengan ilmu. (HR. Thabarani)

Siap investasi ilmu?


—Hari  pertama di bulan Juni 2011,

Ditemani “10 Pesan Tersembunyi & 1 Wasiat Rahasia”

Duddy Fachrudin


Monday, November 14, 2011

Pilih Mana: Tukang Tempe atau Mahasiswa S-2

Kalau aku jadi orang tua Ana, Ketika ada 2 mahasiswa datang kepadaku. Yang satu sangat serius belajar, sementara yang satunya hanya sibuk membuat tempe dan bakso. Maaf Zam, aku akan memilih yang serius belajar. Aku tidak bermaksud menyinggungmu. Tapi aku ingin kamu lebih realistis. Cobalah kamu raba, apa kata Kairo tentang dirimu.

(Ustad Mujab kepada Azzam dalam KCB)

 

Jodoh lagi. Jodoh lagi.

Nggak bosen-bosen.

Oke deh. Gini Kawan, kalo elo-elo pade jadi orang tua dan harus milih antara Tukang Tempe atau Mahasiswa S-2 sebagai mantu untuk anak putri elo, mana yang dipilih? Hmm... pusing?

Kalo gitu, buat kamu kaum Hawa yang lagi nyiapin masa depan (nikah, red), pilih mana Tukang Tempe atau Mahasiswa S-2?

Dan buat kamu kaum Adam, pilih mana Tukang Nasi Uduk atau Asisten Dosen?

Terlepas dari milih-milih. Lebih baik mengeksplor siapa diri kita dulu, right?

Misalnya saya orang yang:

  • Analitis
  • Banyak mikir
  • Detil
  • Pokoknya otak kiri banget deh...

Nah sekarang bayangin kalo dapet orang yang sama kayak kamu yang otak kiri. Asik apa asik? Kalo aku nggak asik. Why? Nggak bakal bisa kaya, mau bisnis nggak jadi-jadi. Begitu juga kebalikannya, kalo kita punya karakter otak kanan sementara pasangan kita juga sama, wah bisa berabe, rumah dijamin berantakan, nggak ada yang bersih-bersih!

Lalu? Ya jelas, carilah yang berbeda agar SALING MELENGKAPI. Aku ulangi, carilah yang berbeda agar SALING MELENGKAPI.

  • Orang spontan – analitis
  • Orang holistik – detil
  • Orang yang kurang sabar – sabar
  • De-el-el, hehe... (silahkan cari sendiri)

Apa perbedaan itu malah nanti nggak bikin cekcok? Insya Allah nggak, asalkan...

Ini dia! Siapa diantara Anda yang mau tahu syaratnya supaya nggak cekcok?

Kalo tadi kita bicara diferensiasi agar saling melengkapi. Nah sekarang kita bicara samaisasi. Apa yang harus sama? Yang harus sama adalah HOBInya...

Maksudnya? Hobi maen bola harus cari cewek yang juga hobi itu juga?

Hush... bukan itu maksudnya.

 

Ini dia!

Hobi TAHAJUD, hobi SHALAT DHUHA, hobi SEDEKAH, hobi PUASA SENIN-KAMIS, hobi UMROH, hobi berkunjung ke ANAK YATIM. Nah asik kan kalo hobinya sama. Insya Allah kalo hobinya sama, maka dua-duanya masuk SURGA, hehe...

Daripada bingung milih Tukang Tempe atau Mahasiswa S-2, mending cari yang hobinya sama. REZEKI lebih banyak diraih, IMPIAN lebih mudah dicapai, right?

Suatu ketika seseorang berkata kepadaku, “Cari jodoh itu sama seperti cari daging di pasar. Harus cari yang segar.” Mari kita pikirkan masa depan, mulai terbuka dengan semua orang (wanita bagi Anda yang laki-laki, dan laki-laki bagi Anda yang perempuan). Karena masa depan (baca: nikah), bukan hanya sebatas afeksi dan cinta. Namun juga REZEKI dan SURGA, hehe... ini lebih penting!

Hmm... pasti mulai pada mikir nih. Oh iya ya... cari yang hobinya sama, ups.

 

19 April 2011

Iseng-iseng setelah nunggu berjam-jam buat perpanjang SIM.

Duddy Fachrudin

Tiba-tiba di otak ada yang nyeletuk: Gimana kalo aku udah punya pasangan tapi hobinya nggak sama? Dan otakku keingetan Hukum Newton I: Suatu benda tidak akan berubah sampai benda lain memaksanya berubah. Tapi kan seseorang bisa berubah kalo dia sendiri mau berubah? Iya betul, aku percaya itu. Aku juga percaya Hukum Newton I. Gimana kalo nggak berubah juga? Ya udah tinggalin aja, ribet amat, hehe.