Thursday, August 2, 2007

The Rookie

Mimpi itu harus diwujudkan

Lakukanlah sekarang!

(Alang Nemo)

 

Keluarga Morris harus pindah ke sebuah kota di kawasan batar Texas, yaitu Big Lake. Sementara itu sang anak Jim Morris masih mempunyai setengah musim pertandingan bisbol di Liga Kecil. Namun apa daya, Jimmy harus merelakan mimpi – mimpi yang sedang ia rajut bersama bisbol, menjadi seorang Pitcher handal dan profesional karena kata ayahnya di Texas tidak ada bisbol, disana hanya ada football dan kilang minyak.

 

Hingga dewasa, Jim Morris menghabiskan waktu sebagai guru IPA dan melatih bisbol tim sekolahnya, Owls. Kadang setiap malam ia pergi ke lapangan hanya untuk melempar bola beberapa kali.

 

Owls berhasil menembus kejuaraan negara bagian, walau disana mereka kalah, tapi mimpi anak – anak Texas dan Jim Morris berhasil diwujudkan. Padahal mereka adalah tim yang awalnya selalu kalah dan hanya memenangkan beberapa pertandingan saja untuk kejuaraan wilayah. Setelah menangani Owls ini, Jim berencana pindah ke Fort Worth, dimana ia akan mendapat gaji yang lebih besar daripada di sekolahnya dulu. Disela – sela itu Jim mencoba mengikuti training untuk mencoba bermain kembali di Liga Kecil seperti yang dilakukannya 15 tahun yang lalu. Hasilnya ia bisa bermain untuk sebuah klub bernama Durham Bulls.

 

Jim Morris tidak menyadari lemparan bolanya mempunyai kecepatan 98 mil / jam. Ia hanya tahu kalau ketika dulu ia melempar dengan kecepatan 86 mil / jam. Ia sering memotivasi anak – anak Owls untuk pebisbol hebat, namun kata mereka dirinya sendiri tidak mengikuti impiannya.

 

Bermain di Liga Kecil tidak mencukupi kehidupan ayah dengan tiga anaknya ini. Maka Jim berencana untuk menerima tawaran bekerja di Forth Worth dan siap pindah dua minggu lagi. Ketika ia akan mengakhiri bisbolnya di Liga Kecil, manajer Durham Bulls mengatakan bahwa ada klub dari Liga Besar yang membutuhkan tenaga Jim Morris. Itu artinya ia akan bermain di Liga Besar Profesional!

 

”Ternyata aku terlalu banyak membiarkan waktu berlalu,” begitu kata sang ayah di akhir debut perdana Jim di Liga Besar. Jim pun mengiyakan hal itu. Namun mimpi itu belum terlambat untuk diwujudkan selama kita menginginkan cita – cita kita terwujud.

 

Cita – cita merupakan bagian dari kehidupan manusia. Siapa pun itu pastinya setiap orang memiliki cita – cita. Bahkan sering kita dengar diri kita atau anak – anak kita berkata ”Aku ingin jadi Dokter,” atau ”Aku ingin jadi Presiden!” itu bukti bahwa kita mempunyai cita – cita.

 

Kita adalah Jim Morris yang bermimpi menjadi pebisbol profesional. Namun apakah kita harus membiarkan waktu berlalu menyurutkan mimpi – mimpi kita?

 

Dukungan dan penghargaan dari orang – orang di sekitar kita dapat mempengaruhi langkah kehidupan diri kita. Ayah Jim yang tidak terlalu respect akan kegemaran anaknya itu mengakibatkan mimpinya tertunda sampai 15 tahun. Padahal ketika pindah ke Texas, Jim meminta untuk tetap tinggal bersama keluarga lain demi menyelesaikan pertandingan bisbolnya. Tapi sang ayah tidak terlalu mempedulikan hal itu, ia hanya sibuk pada pekerjaannya.

 

Suatu saat kita pasti merasakan benturan – benturan kehidupan. Tak ayal disini kita membutuhkan sikap saling menghargai di antara satu sama lain. Baik itu antara orang tua dan anak maupun kita dengan masyarakat. Mencoba menghalang – halangi niat dan keinginan baik seseorang malah akan berdampak buruk pada kehidupan sekitarnya.

 

Kita bisa mencontoh sikap arif dan bijaksana yang ditunjukkan orang tua Gola Gong. Ketika Gola gong bermimpi menjadi penulis hebat ayah dan ibunya sangat mendukung sekali. Bahkan ketika GG memutuskan keluar dari Sastra Unpad pun mereka tetap respect, mereka hanya bertanya modal apa yang GG punya untuk kehidupan selanjutnya. Dan penulis Balada Si Roy itu hanya menjawab bahwa ia akan hidup dari menulis. Kini sebuah Rumah Dunia bertengger demi cita – cita selanjutnya, yaitu mencerdaskan anak – anak Banten.

 

Mimpi kita akan mudah terwujud jika kita memiliki dukungan dari orang – orang yang kita cintai. Dan satu hal lagi yang kita butuhkan, yaitu sikap saling percaya.

 

No comments:

Post a Comment