Tuesday, August 7, 2007

Shutter

Nyontek itu perlu

tapi harus kreatif

(Alang Nemo)

 

Saat ini adakah bisnis yang tidak meniru bisnis orang lain? Hampir tidak ada. Rumus ampuh dalam berbisnis adalah ATM, Amati Tiru Modifikasi. Bisnis makanan misalnya. Bakmi Tebet dan Bakmi Langgara bikinan Wahyu Saidi tidak terlepas dari peranan Bakmi GM. Gara – gara Bakmi GM tidak mau menjual franchise kepada Alumni Teknik Sipil ITB tersebut maka jadilah ajang buru – memburu resep. Mantan koki Bakmi GM yang tahu jelas resep nikmatnya Bakmi GM ditarik menjadi karyawan oleh Wahyu. Dan jadilah Bakmi Tebet dan Bakmi Langgara.

 

Rasa tentunya tidak sama persis, karena apapun bisnis harus memiliki differentiation, selain brand usaha tentunya. Dan satu hal lagi, seorang pebisnis punya harga diri untuk real  tidak nyontek bisnis orang lain. Slogan Me Too – Is Not My Style pemilik Acer, Stan Shih seakan menyatakan bahwa dirinya mempunyai cara sendiri dan berbeda dengan perusahaan elektronik yang sejenis.

 

Namun apa jadinya jika karya orang lain benar – benar dijiplak oleh orang – orang yang ”kehabisan ide” dalam sebuah industri perfilman atau persinetronan? Ada sebuah riset yang membuat daftar sinetron – sinetron yang sedang tayang di layar kaca ternyata hasil mencontek karya sebelumnya yang sudah ada. Tidak tanggung – tanggung ada 50 sinetron yang plagiat. Salah satunya adalah sinetron ”Buku Harian Nayla” yang benar – benar sama dengan salah satu serial sinetron korea. Bumbu dan resepnya sama persis sehingga rasanya pun sama, hanya setting tempat dan tokoh saja yang berbeda.

 

Pada tanggal 22 April 2007 ada sebuah tayangan sinema misteri di salah satu stasiun tv swasta. Judul film tersebut ”Sundel Bolong”. Baru beberapa menit menonton, saya sudah mengernyitkan dahi, ”Lho ini kan...” Saya coba menontonnya sampai akhir cerita. Penasaran apakah ada perbedaan di jalan cerita film tersebut dengan versi aslinya. Tapi ternyata nothing! Film yang ditiru oleh kru pembuat ”Sundel Bolong” adalah ”Shutter”, sebuah karya yang sempat dianugerahi film horror terbaik se-Asia di sekitar tahun 2004.

 

Nyontek memang perlu, tapi harus kreatif. Gunakanlah ATM. Banyak penulis – penulis pemula yang menjadikan karya orang lain sebagai brencmarking karya – karya yang akan dibuatnya. Penulis buku ”Melukis Cinta”, Sakti Wibowo sendiri mengatakan bahwa di awal – awal ia menulis, gaya tulisannya mengacu pada karya – karya Emha. Setelah punya acuan atau model pada siapa kita harus meniru barulah kita mengeksplor gaya kita sendiri sehingga kita mempunyai ciri tersendiri dalam buih karya kita.

 

Sudah saatnya kita mengambil sikap dalam menempuh sebuah perjalanan dalam menghasilkan karya. Jika kita masih memiliki harga diri tentunya tidak akan berbuat seperti yang dituliskan dibagian tengah artikel ini. Jadilah diri sendiri yang mempunyai ciri tersendiri yang akan membedakan karya – karya kita dengan buih orang lain. 

      

2 comments: