Saturday, August 25, 2007

Malam Kelam


Udara sore  sejuk bagaikan desiran angin malam

Yang membuatku tertunduk pilu menangisi kelam

Merambat – rambat perlahan

Diakhiri sebuah teriakan

 

Malam pun menjelang

Anak – anak masih berlarian asyiknya di halaman

Sementara sang Ibu menunggu dengan senyuman

Mari sini Nak... kita makan

Sambil menunggu Ayah pulang

 

Wahai bulan

Aku lelaki malang

Tertelan kekerasan hitam

Berdiri tegak dihadapan pasukan bersenapan

menunggu kematian

Kemudian terdengar letusan


2 comments: